Pernyataan ini disebutkan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Minggu, 22 November 2020.
Kemudian, Hanik melalui keterangan tertulis menjelaskan bahwa guguran tersebut merupakan guguran dari tebing lava tahun 1945 yang berada didinding kawah utara.
Material yang jatuh ke dalam kawah dan sampai saat ini tidak memberikan dampak pengaruh kepada aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
Baca Juga: Makin Mencekam! Dinas Perhubungan Memasang Lampu Penerangan di Jalur Evakuasi Di lereng Merapi
Ia juga mengakui bahwa guguran seperti ini merupakan kejadian biasa yang terjadi saat Gunung Merapi mengalami kenaikan tingkat kewaspadanya.
"Guguran seperti ini merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi," katanya.
Untuk antisipasi tersebut agar jalur evakuasi steril dari gangguan, seperti dari truk pengangkut pasir dan penerangan jalan juga memadai.
"Kami menjadwalkan petugas, setiap sif dua orang personel," ungkapnya.
"Lokasi depo pasir yang beroperasi paling banyak berada di radius delapan kilometer dari puncak Merapi. Penjagaan jalur evakuasi oleh petugas akan dilakukan dan difokuskan di wilayah Glagaharjo. Saat ini yang harus 'clear' jalur evakuasi pada wilayah bahaya yaitu lima kilometer ke arah bawah ke lokasi barak pengungsian Kelurahan Glagaharjo," ungkapnya.
Maka dari itu, penjagaan pihaknya memasang lampu penerangan jalan di sepanjang jalur evakuasi.
"Kami menyiapkan 20 unit LPJU pada jalur sepanjang 1,9 km. Fokus pembenahan infrastruktur di Glagaharjo sesuai yang direkomendasikan oleh BPPTKG. Lampu ini sebagai pemandu bagi orang yang mau evakuasi dari atas. Di luar lokasi barak pengungsian dan titik kumpul yang sudah dipasang sekitar 15 titik baik di Balai Kalurahan Glagaharjo maupun tempat evakuasi hewan di Singlar," ungkapnya.***