Semakin Mencemas!Gunung Merapi Terus Mengeluarkan Lava. BPPTKG:Masyarakat Harus Segera Mengungsi

- 23 November 2020, 12:37 WIB
Pantauan aktivitas  kegempaan Gunung Merapi yang masih tinggi. Masyarakat diimbau tidak panik.
Pantauan aktivitas kegempaan Gunung Merapi yang masih tinggi. Masyarakat diimbau tidak panik. /BNPB

MEDIA PAKUAN - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) merilis Gunung Merapi telah mengeluarkan materi berpotensi bahaya. Bahkan potensi terbilang sangat membahayakan keselamatan masyarakat..


Potensi tersebut, berupa guguran lava dari aktivitas erupsi efusif. Bahkan lontaran material vulkanik apabila terjadi letusan eksplosif dikhawatirkan terjadi awan panas. Semnetara jangkauannya, hingga maksimal lima kilometer dari puncak kawah.

Sementara diwilayah KRB III yang memiliki radius 5 km dari puncak kawah Gunung Merapi. Kini mulai melakukan langkah evakuasi,  masyarakatnya harus segera mengungsi bila potensi letusan semakin meingkat

Berdasarkan hasil pengamatan BPPTKG mengenai aktivitas Gunung Merapi per Sabtu 21 November 2020 lalu, mengalami terjadinya 15 kali guguran dengan kekuatan 15 amplitudo 4-7mm yang berdurasi 13-19 detik.
 
Baca Juga: Makin Mencekam! Dinas Perhubungan Memasang Lampu Penerangan di Jalur Evakuasi Di lereng Merapi

Kemudian terjadinya hembusan sebanyak 23 kali, berkekuatan 2-11 amplitudo 2-11 mm yang berdurasi 10-19 detik.

Dan gempa vulkanik dangkal berjumlah 14 dengan amplitudo yang teramati 40-5mm dalam durasi 14-42 detik.

BPPTKG menginformasikan terjadinya gemuruh guguran yang terdengar sangat keras sebanyak satu kali dengan amplitudo 75mm pada pukul 8.19 WIB yang terdengar dari Pos Pantau Babadan dan Kaliurang.

Lebih lanjut, BPPTKG menyatakan kondisi Gunung Merapi yang dialami saat ini telah memberikan potensi bahaya yang harus diwaspadai.

Potensi tersebut berupa  guguran lava dari aktivitas erupsi efusif dan lontaran material vulkanik. Apabila terjadi letusan eksplosif serta awan panas sejauh maksimal lima kilometer dari puncak kawah.

Sehingga dalam hal ini, BPPTKG mengimbau kepada masyarakat wilayah KRB III dalam jarak 5 km dari puncak kawah merapi agar secepatnya melakukan evakuasi. Terutama menghentikan seluruh aktivitas manusia. Mereka tidak boleh ditinggal dilokasi pemukiman yang berbahaya


Menurut perkembangan dari tim di lapangan, wilayah yang memiliki potensi risiko terdampak erupsi Gunung Merapi yang mungkin terjadi meliputi, Desa Glagaharjo, Desa Kepuharjo dan Desa Umbulharjo di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta.

Selain itu Desa Ngargomulyo, Desa Krinjing dan Desa Paten di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
 
Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Radius 5 Km dari Puncak Kawah Dikosongkan

Selanjutnya Desa Tlogolele, Desa Klakah dan Desa Jrakah di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.

Berikutnya adalah Desa Tegal Mulyo, Desa Sidorejo dan Desa Balerante di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang melaporkan telah melakukan pengungsian ke sembilan titik pengungsian kepada sejumlah 817 warga yang tinggal di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) III.

Hal tersebut dilakukan setelah mendengar kabar Gunung Merapi dinaikkan menjadi Level III atau Siaga oleh BPPTKG sejak Kamis lalu. Jumlah pengungsi tersebut mengalami peningkatan sebanyak 210 orang terhitung sejak dua pekan lalu.

Adapun rincian jumlah dan lokasi pengungsian meliputi 118 warga dari Desa Krinjijng mengungsi di Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, sebanyak 115 warga dari Desa Ngargomulyo mengungsi di Gedung NU Ketaron, Gedung Futsal Tejowarno, Gedung PPP Prumpung dan PAY Muhammadiyah di Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan.

Kemudian sebanyak 110 warga dari Desa Keningar mengungsi di SDN 1 Ngrajek dan kediaman Kepala Desa Ngrajek, Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid.

Selanjutnya sebanyak 476 warga dari Desa Paten mengungsi di Desa Banyurojo dan Desa Mertoyudan di Kecamatan Mertoyudan.

Melalui akumulasi data yang dikumpulkan, pengungsi tersebut terdiri atas 279 pria dan 538 wanita. dalam pengungsian tersebut juga terdapat ibu hamil sebanyak 13 orang, ibu menyusui 33 orang, lansia laki-laki 46 orang, lansia perempuan 122 orang, balita laki-laki 81 orang, balita perempuan 70 orang, anak laki-laki 57 orang, anak perempuan 61 orang, difabel laki-laki 7 orang, difabel perempuan 12 orang, warga yang sakit/rentan ada 2 orang laki-laki dan 7 perempuan serta pendamping dewasa ada 86 laki-laki dan 220 perempuan.
 
 
Melakukan Pengungsian

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Magelang, Edy Susanto, warga Desa Keningar memilih turut mengungsi kendati wilayahnya berada di luar KRB III. Atas dasar rasa takut dan trauma akibat kejadian erupsi 2010, maka Pemerintah Desa setempat memfasilitasi permintaan warganya tersebut.

"Desa Keningar di luar rekomendasi prakiraan bahaya BPPTKG namun atas dasar rasa takut dan trauma akibat kejadian erupsi 2010, maka Pemerintah Desa setempat memfasilitasi evakuasi pengungsian,” jelas Kalak BPBD Kabupaten Magelang, Edy Susanto melalui pesan tertulis.

Selanjutnya berdasarkan perkembangan data pengungsi pada Sabtu (20/11) pukul 18.00 WIB, dua warga pengungsi dari Desa Ngargomulyo memilih pulang ke tempat saudaranya karena ada keperluan lain. Kemudian ada penambahan satu warga Desa Krinjing yang memutuskan untuk mengungsi.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan makanan para warga yang mengungsi maupun petugas, pihak BPBD Kabupaten Magelang dibantu instansi terkait telah mendirikan dapur umum di setiap titik lokasi pengungsian dan menyiapkan kebutuhan makanan mulai pukul 04.00 WIB.
 
Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Siaga 1, BNPB Sediakan Ribuan Fasilitas Kesehatan

BPBD Kabupaten Magelang juga mendistribusikan air bersih untuk masing-masing lokasi pengungsian pada pukul 06.00 hingga 08.00 WIB.

Adapun kegiatan trauma healing juga dilakukan secara berkala oleh Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Muslimat (IKGTKM) Mertoyudan dan Forum Anak Kabupaten Magelang di setiap titik pengungsian. Kegiatan tersebut dilakukan agar anak-anak tidak mengalami stres dan ketakutan selama dalam pengungsian.

Gunung Merapi saat ini yang sudah mencapai level Siaga, setelah mendengan kabar penaikan status sejak 5 November 2020.

"Sebagai langkah antisipasi, selain akan menempatkan personel untuk mengawasi truk-truk pasir yang lewat jalur evakuasi Merapi, kami juga memasang lampu penerangan jalan umum (LPJU) sepanjang jalur evakuasi," ungkap  Pelaksana Tugas Kepala Dishub Kabupaten Sleman Arip Pramana di Sleman.

Untuk antisipasi tersebut agar jalur evakuasi steril dari gangguan, seperti dari truk pengangkut pasir dan penerangan jalan juga memadai.
 
"Kami menjadwalkan petugas, setiap sif dua orang personel," ungkapnya.
 
Ia menyatakan bahwa jalur evakuasi bencana erupsi Merapi harus bersih dari truk-truk pengangkut pasir.
 
Baca Juga: Antisipasi Erupsi Gunung Merapi, BNPB Berikan Bantuan Dana Siap Pakai Rp1 Miliar

"Lokasi depo pasir yang beroperasi paling banyak berada di radius delapan kilometer dari puncak Merapi. Penjagaan jalur evakuasi oleh petugas akan dilakukan dan difokuskan di wilayah Glagaharjo. Saat ini yang harus 'clear' jalur evakuasi pada wilayah bahaya yaitu lima kilometer ke arah bawah ke lokasi barak pengungsian Kelurahan Glagaharjo," ungkapnya.
 
Maka dari itu, penjagaan pihaknya memasang lampu penerangan jalan di sepanjang jalur evakuasi.

"Kami menyiapkan 20 unit LPJU pada jalur sepanjang 1,9 km. Fokus pembenahan infrastruktur di Glagaharjo sesuai yang direkomendasikan oleh BPPTKG. Lampu ini sebagai pemandu bagi orang yang mau evakuasi dari atas. Di luar lokasi barak pengungsian dan titik kumpul yang sudah dipasang sekitar 15 titik baik di Balai Kalurahan Glagaharjo maupun tempat evakuasi hewan di Singlar," ungkapnya.***
 
 
 
 
 
 

Editor: Ahmad R

Sumber: ANTARA BPBD


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x