Setahun, 3 Anak Perempuan di Sukabumi Hanya Mampu Beli Garam Dapur Sebagai Lauk Pauk: Pasca Ibunya Meninggal

- 28 Maret 2022, 13:51 WIB
Yuna (8) dan kedua adiknya warga Nagrak Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi hidup serba kekurangan. Setiap hari dia mengkonsumi nasi hanya dengan garam
Yuna (8) dan kedua adiknya warga Nagrak Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi hidup serba kekurangan. Setiap hari dia mengkonsumi nasi hanya dengan garam /Ahmad Rayadie/

 

MEDIA PAKUAN - Malang nasib 3 anak perempuan bersaudara di Kampung Cisadaria, RT 005/002, Desa Cisarua, Kecamatan Nagrak, kabupaten Sukabumi.

Pasca ibunya meninggal karena sakit keras, mereka harus banting tulang menghidupi dirinya sendiri.  Sementara bapaknya, Usup (30) pergi merantau tidak kembali.

Yuna (8), Nurani (3) dan Filani (2) harus menderita. Ketiga anak malang bertahan  hidup hanya ditemani neneknya, Ma Atikah (44).

Baca Juga: Erling Braut Haaland Tolak Tawaran 500 Juta Poundsterling Man City, Kini Tunggu Real Madrid

Baca Juga: Diklaim Gagal Singkirkan Pemerintah Ukraina, Pasukan Rusia Masuki Kota Kyiv, Kyrylo: Bagi Dua Negara

Baca Juga: Dikecam Negara Eropa, Pidato di KTT Zelensky Dianggap Arogan: Urungkan Sanksi Lanjutan Rusia

Sementara Atikah kini dalam kondisi sakit sehingga tidak lagi sanggup memenuhi kebutuhan ketiga anak malang itu. 

Sehingga secara otomatis beban tanggungjawab untuk mengurus kedua adik dan neneknya menjadi beban Yuna.

Makan ketiga anak hanya di taburi garam dapur
Makan ketiga anak hanya di taburi garam dapur

Yuna si anak sulung seolah dipaksa tumbuh dewasa sebelum waktunya. Anak perempuan yang tidak bersekolah itu,  menjadi tempat bergantung tidak hanya bagi dua adiknya.

Baca Juga: Janggal! Menghilang Selama 2 Minggu Usai Rapat dengan Putin, Menhan Rusia Muncul dalam Siaran Televisi

Tapi nenek yang hidup serba kekurangan dan sakit-sakitan. 

Bermain bersama teman-teman atau belajar di sekolah tidak ada di dalam keseharian Yuna. Hampir setiap hari dia harus berpikir keras mencari beras dan merawat keluarga kecilnya ini.

Baca Juga: Zekensky Kesal, Negara Barat dan AS Terus Tunda Bantuan Senjata Lawan Militer Rusia: Apakah Takut?

Sementara ayahnya l.

 

 merantau ke kota untuk menjadi kenek bus. Penghasilan kenek bus yang tak seberapa membuat Ayah jarang kirim uang. Alhasil kini Yuna hidup tanpa Ibu dan Ayahnya.

Yuna, adik dan nenek benar-benar hidup prihatin. Mereka pun tak bisa terus menerus mengandalkan bantuan tetangga.

Yuna, adik dan nenek terbiasa mengonsumsi nasi dan garam setiap harinya. Karena mereka tak mampu membeli nasi, lauk pauk dan sayur.

Baca Juga: Menlu Inggris akan Cabut Sanksi Jika Rusia Berhenti Menyerang Ukraina

“Biar makannya enak, kadang kami berempat  suka bayangin bau ayam goreng sama telur,"kata Yuna

Yuna yang bercita-cita ingin menjadi dokter hanya bisa berangang-angan. Keinginan dipendam dalam-dalam karena terbentur biaya.

Jangankan pergi ke sekolah, makan bergizi pun tak bisa dirasakan. "Yuna kepingin jadi dokter nanti. Saya ingin menyembuhkan sakit warga” ujar Yuna

Baca Juga: Ribuan Orang Rusia Protes Putin: Tidak untuk Perang

Atukah mengatakan ketiga cucuknya dalam kondisi prihatin. Mereka tak pernah mengeluh. 

“Kadang malah jadi saya yang nangis keinget Ibunya. Terus dia tuh nyuruh saya makan duluan. Yuna mah terakhir aja katanya,"katanya.***

Editor: Ahmad R

Sumber: Media Pakuan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah