LUAR BIASA! Mogok Belajar Karena Susah Sinyal, Ini yang Dilakukan Sejumlah Pemuda di Pelosok Sukabumi

- 2 Maret 2021, 11:42 WIB
 Ilustrasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Ilustrasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). /Alexandra Koch/PIXABAY


MEDIA PAKUAN - Kesempatan belajar untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi adalah hak yang seharusnya didapatkan generasi bangsa tanpa terkecuali.

Termasuk anak-anak di desa yang memiliki keterbatasan berbagai faktor sebagai permasalahan yang menjadi hambatan.
 
Terutama dalam memperoleh pendidikan, masih dirasakan hingga saat ini.

Salah satu faktor yang paling dominan menyebabkan banyaknya peserta didik putus sekolah.
 
Diantaranya adalah faktor perekonomian masyarakat.
 
Baca Juga: Klik www.pln.co.id Ketahui Klaim Token Listrik Gratis Maret 2021

Belum lagi ditengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai ini sistem serta kegiatan pembelajaran dirasakan anak-anak di desa semakin tidak efektif.

Lain di kota, lain di desa. Di desa sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau yang dikenal dengan istilah Daring (dalam jaringan) tidak semudah seperti di kota.

Diterapkannya PJJ malah menimbulkan permasalahan bagi sekolah dan siswa yang berada di daerah pelosok pedesaan, karena infrastruktur pendukung seperti internet yang tidak memadai.

Seperti yang diungkapkan oleh Salim Sambas alias Owest, pemuda di Kampung Negleng, Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi.
 
Baca Juga: Anggaran Rp1,46 Triliun Sudah Disiapkan untuk Gaji ASN, Buruan Ikutan Seleksi PPPK dan CPNS 2021

Ia merasa prihatin melihat anak usia sekolah mulai dari SD sampai sekolah menangah yang kehilangan tempat sekaligus masukan ilmu yang biasanya didapatkan dari pembelajaran di sekolah.

"Namun karena pandemi Covid-19 belajar tatap muka dihentikan. Sementara sinyal provider sebagai penunjang belajar daring tidak terjangkau," ujarnya kepada Media Pakuan, Selasa 2 Februari 2021.

Selama masa pandemi Covid-19, sambung Owest, anak sekolah hanya masuk sekolah sekali dalam seminggu. Itupun dengan waktu yang terbatas.
 
Baca Juga: Inilah Daftar Harga Mobil pada Awal Maret 2021: Honda, Mitsubishi, Daihatsu, Suzuki, Wuling, dan Nisan

Sehingga ia bersama beberapa pemuda lainnya berinisiatif memanfaatkan fasilitas seadanya untuk digunakan sebagai "BABAKAN" (Balai Belajar Anak-anak Negleng).

"Mungkin di kota belajar daring tidak ada kendala, tapi disini tidak terjangkau sinyal internet. Maka kami mengupayakan agar anak-anak di sini tetap belajar," tuturnya.

Senada dengan Owest, mahasiswi Universitas Muhammadiyah Sukabumi Nurfajar menambahkan, sebagai generasi muda bisa berpangku tangan.
 
Baca Juga: CEK FAKTA! Setelah Larang Jilbab. Menag Buat SK Larang Pengunaan Bahasa Arab, Negeri Ini Menuju Komunis

"Pemuda harus memiliki kepedulian terhadap masalah pendidikan, setidaknya kita saling bahu membahu mengusahakan agar anak-anak disekitar kita tetap belajar," tambahnya.

Menurutnya pemuda tidak bisa hanya menonton pemerintah melakukan penanganan dan pemulihan dampak pandemi Covid-19.

"Peran semua pihak lapisan masyarakat termasuk pemuda sangat dibutuhkan dalam kondisi negara yang masih dalam keadaan kritis," tandasnya.

Sebelumnya, Nurfajar juga telah membangun saung edukasi ditempat lain sebagai tempat yang berfungsi memberika literasi selama pandemi kepada anak usia dini.
 
Baca Juga: Bansos Kemensos Maret 2021 Kembali Akan Segera Dicairkan , Cek dtks.kemensos.go.id Ketahui Penerimanya

"Dengan keberadaan saung edukasi dan balai Babakan ini kami berharap bisa menjadi tempat untuk meningkatkan budaya literasi bagi para generasi disekitar kami," pungkasnya.***
 
 

Editor: Ahmad R


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x