Pembelajaran Daring Perlihatkan Kesenjangan Indonesia, Menko PMK Muhadjir Effendy: Jangan Bicara 4.0

- 8 Februari 2021, 16:26 WIB
Menko Bidang PMK Muhadjir Effendy.
Menko Bidang PMK Muhadjir Effendy. /Twitter.com/@kemenkopmk/
 
MEDIA PAKUAN - Sudah hampir setahun Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan (kemedikbud) menerapkan pembelajaran dengan sistem dalam jaringan (Daring).
 
Pandemi Covid-19 telah menyeret dunia pendidikan Indonesia menghadapi tantangan serius dalam keberlangsungan proses kegiatan belajar mengajar.
 
Maka pemerintah dituntut untuk lebih cepat melakukan terobosan dalam menerapkan kebijakan sistem pendidikan saat ini yang efektif.
 
 
Karena dalam pelaksanaannya, belajar daring mendapat kendala di lapangan, para peserta didik yang berada di pelosok kesulitan mengikuti pembelajaran secara daring.
 
Begitupun dengan lembaga penyelenggara satuan pendidikan ditempat yang tidak terjangkau jaringan tidak bisa menggelar pembelajaran jarak jauh secara daring.
 
Sehingga dalam waktu hampir setahun ini bagi siswa dan sekolah yag berada ditempat tersebut tidak ada efektivitas pembelajaran yang terjadi.
 
 
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, konsekuensi penerapan PJJ memperlihatkan kesenjangan dalam dunia pendidikan Indonesia.
 
"Kualitas tanpa kuantitas akan membuat Indonesia semakin tertinggal, begitu juga kualitas dan kuantitas tanpa kesesuaian dengan dunia kerja percuma," ujarnya seperti dikutip dari situs Kominfo, Senin, 8 Februari 2021.
 
Mantan Mendikbud ini menjelaskan, program pendidikan di Indonesia harus meliputi empat hal, yaitu akses, kuantitas, kualitas, dan kesesuaian. 
 
 
Keempat hal tersebut harus diramu sedemikian rupa untuk bisa mencapai cita-cita yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945.
 
"Biar ada kuantitas tapi tidak merata, tidak memberikan akses yang sama kepada anak-anak bangsa juga akan menciptakan ketimpangan yang menganga," ucapnya.
 
Menurutnya, PJJ merupakan sistem pendidikan modern yang menggunakan sarana belajar elektronik dan berbasis TIK. Sejalan dengan tuntutan era globalisasi dan industri 4.0.
 
 
"Jangan bicara industri 4.0, terutama dengan mereka yang ada di pelosok, tapi bagaimana anak-anak mendapatkan akses pendidikan. Kita tidak boleh membiarkan satu orang pun anak bangsa terabaikan," tegasnya.
 
Kemudian ia mengapresiasi sistem PJJ yang telah dijalankan sejak lama oleh Universitas Terbuka (UT). 
 
 
Menurutnya UT akan mampu mengatasi kesenjangan akses bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan.
 
Ia meminta mahasiswa UT yang tersebar di berbagai daerah Indonesia maupun di luar negeri agar terus gigih dalam belajar agar bisa turut berkontribusi memajukan bangsa dan negara.
 
"UT memiliki andil dari empat pokok pendidikan, terutama akses. Namun tentu saja kita juga harus bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitasnya," tutur Muhadjir.***Samsun Ramlie.

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: Keminfo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x