Bagaimana Memaknai Ibadah Puasa? Simak Penjelasan Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir

- 14 April 2021, 18:40 WIB
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir. /Situs Muhammadiyah


MEDIA PAKUAN - Ibadah puasa pada bulan ramadhan akan membentuk pribadi yang keimanan dan ketaqwaannya meningkat, tentu tidak sekali langsung jadi.

Sehingga puasa yang dilakukan sebulan penuh dalam setiap tahun merupakan olah jiwa tahunan yang harus membentuk diri manusia semakin baik dan semakin bertaqwa.

Kita letakkan puasa sebagai kanopi, teras rohani agar dengan ketaqwaan yang dibangun melahirkan diri yang semakin bersih, suci lahir dan batin dalam proses revolusi rohani.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir seperti dikutip dari situs Muhammadiyah pada Rabu, 14 April 2021.
 
 
 

Lebih jauh Haedar menjelaskan, puasa yang bisa membentuk kanopi diri menjadi insan bersih lahir batin adalah puasa yang terintegrasi.

Yaitu puasa bukan sekedar menahan diri dari makan minum dan pemenuhan kebutuhan biologis, tapi juga menjadikan diri memiliki kemampuan memelihara, merawat, dan menjaga.

"Dalam konteks ini, maka puasanya sendiri itu harus menjadi puasa lahir dan batin, serta  puasa itu satu rangkaian dengan ibadah yang lain seperti qiyamul lail," jelasnya.
 
 

Kemudian dalam menjalankan ibadah puasa juga harus selalu melakukan hal-hal yang disunnahkan oleh Rasululloh SAW, seperti mencari ilmu, membaca Al-Qur’an dan menerapkannya dalam kehidupan.

Ketika ibadah puasa diproyeksikan, maka la allakum tattaqun, agar kamu menjadi orang yang bertaqwa, dan sifat taqwa itu harus praktekkan dalam kehidupan.

"Contoh apakah setelah puasa kita menjadi orang yang semakin dermawan, yang kedua apakah kita menjadi orang yang sabar tidak pemarah, kemudian pemaaf terhadap orang," terangnya.

Kita lihat sekarang, sambung Haedar, kenyataan Indonesia termasuk dalam negara yang gawat korupsi, Indonesia juga termasuk narkoba.

Begitupun dengan angka perceraian di Indonesia juga cukup tinggi, dan yang terakhir kekerasan terhadap anak dan perempuan.

"Hal ini menunjukkan belum ada korelasi positif antara aktifitas semangat beribadah di kalangan umat Islam dengan dampaknya untuk melahirkan kesalehan sosial," paparnya.

Haedar Nashir menambahkan, dalam melakukan implementasi ibadah puasa dan seluruh ibadah dalam kehidupan sehari-hari harus diselaraskan

"Kita harus menjadi uswah hasanah dalam kata dan tindakan, seluruh nilai keislaman kita menjadi kekuatan ilmu yang mencerahkan agar membawa kemajuan," pungkasnya.***






Editor: Ahmad R

Sumber: Muhammadiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x