Baca Juga: Bertolak untuk Latihan Tempur ke AS, Kapal Induk Terbesar Inggris HMS Prince of Wales Mogok
Protes berlangsung sejak akhir Juli 2022 setelah perwakilan dari Partai Platform Koordinasi, yang mewakili Syiah di parlemen, Muhammad al-Sudani, ditetapkan sebagai calon untuk jabatan perdana menteri negara Irak.
Pendukung Muqtada al-Sadr menyatakan bahwa ia harus menjadi satu-satunya kandidat yang mewakili Syiah untuk jabatan Perdana Menteri.
Seruan untuk protes balasan datang dari aliansi politik kelompok-kelompok yang didukung Iran yang menentang aksi pengikut ulama Syiah Muqtada al-Sadr.
Mantan Perdana Menteri Nouri al-Maliki, kepala aliansi Framework, dan pemimpin Syiah Qais al-Khazali, dilaporkan memimpin aksi protes tersebut.
Kekhawatiran meningkat, jika terjadi bentrokan oleh pengikut terdekat al-Sadr dan al-Maliki akan menjadi konfrontasi besar.
Sebelumnya pada 2008 perang Syiah terjadi ketika mantan perdana menteri memimpin tentara Irak itu mengusir milisi ulama Tentara Mahdi, keluar dari selatan kota Basra.
Negara ini telah berjuang untuk pulih sejak kekalahan ISIS pada tahun 2017 karena partai-partai politik telah memperebutkan kekuasaan dan kekayaan minyak besar yang dimiliki oleh Irak, produsen terbesar kedua OPEC.***