Pelanggaran Kebebasan Beragama Meningkat Pesat, China dan Myanmar Terburuk di Dunia

- 21 April 2021, 11:54 WIB
Ilustarasi Kebebasan Berama di Kecam
Ilustarasi Kebebasan Berama di Kecam /@Istimewa/Viacampesina.com

MEDIA PAKUAN - Badan amal Aid to the Church in Need International (ACN) yang didukung Vatikan melaporkan bahwa pelanggaran kebebasan beragama meningkat di lebih 25 negara termasuk China dan Myanmar.

Menurut data kebebasan beragama di dunia, tahun 2019 hingga 2020 menujukan beberapa negara memiliki prasangka buruk terhadap agama minoritas di wilayahnya.

Hal ini pun ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 yang terjadi di dunia saat ini. Dalam laporan terakhir menunjukan sekitar 26 negara menempati kategori "merah".

Dan untuk 36 negara menempati posisi "oranye", hal itu menunjukan terjadi diskriminasi ditempat itu.

Baca Juga: PANCASILA TERANCAM PUNAH ! DPR Desak Pemerintah Mencabut PP 57/2021, Simak Penjelasannya

Baca Juga: BTS Bakal Wamil Bareng di 2022? Big Hit Music Isyaratkan Kebenarannya!

"Telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam keparahan penganiayaan dan penindasan bermotif agama," kata laporan itu.

China dan Myanmar merupakan negara yang sangat keras tentang hal pelanggaran kebebasan beragama.

"Peralatan penindasan yang dibangun oleh Partai Komunis China (PKC) dalam beberapa tahun terakhir, disetel dengan baik, menyebar, dan canggih secara teknologi," kata laporan itu.

Pelanggaran yang terjadi pada Muslim Uighur di Xinjiang merupakan salah satu insiden paling mengerikan sepanjang sejarah, bahwkan beberapa ahli mengatakan itu sebagai genosida.

Baca Juga: Belum Ada Pencabutan Kewarganegaraan, Polri Minta Imigrasi Cabut Paspor Jozeph Paul Zhang Penistaan Agama

Baca Juga: Lowongan Kerja BUMN April 2021: PT Nindya Karya Persero Butuhkan Manajer Operasional

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mendukung tekad pada menit-menit terakhir oleh pemerintahan Trump pada bulan Februari, bahwa China telah melakukan genosida di Xinjiang  dan mengatakan Amerika Serikat harus siap untuk membebankan biaya pada China.

Sementara itu, China membela diri dengan mengatakan bahwa mereka mendirikan kompleks di Xinjiang dan menyediakan pelatihan kejuruan untuk membantu memberantas ekstremisme dan separatisme Islam. Kementerian luar negeri China menyebut tuduhan kerja paksa dan pelanggaran hak asasi manusia sebagai "rumor dan fitnah yang tidak berdasar".

Selain itu, ACN melaporkan, hierarki Katolik di China "terus mengalami pelecehan dan penangkapan" meskipun ada kesepakatan penting yang ditandatangani pada 2018 antara Beijing dan Vatikan tentang pengangkatan uskup di China daratan.

Media lain juga mengatakan, pada tahun lalu, dua biarawati yang bekerja di misi Vatikan di Hong Kong ditangkap ketika mereka pulang ke daratan untuk berkunjung.

Baca Juga: Bangkit Dari Keterpurukan Felicia Tissue Pamer Wajah Super Cantiknya, Buat Kaesang Pangerep Menyesal

Halaman:

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x