Prediksi Deretan Nama untuk Pilkada 2024 Kota Sukabumi: Ada Kalangan Politisi hingga Pengusaha

- 27 April 2024, 00:07 WIB
Pakar Politik dan Kebijakan Publik dari Universitas Lingga Buana Asep Deni.
Pakar Politik dan Kebijakan Publik dari Universitas Lingga Buana Asep Deni. /Manaf Muhammad/Media Pakuan

Baca Juga: Adu Lisung Wakili Kota Sukabumi di Festival Permainan dan Olahraga Tradisional Jawa Barat 2024

Kalangan ASN dan Birokrat

Tak hanya itu, kalangan birokrat dan aparatur sipil negara (ASN) menurut Asep Deni memiliki kans untuk maju di Pilkada 2024. Sebab, pengalaman mereka di pemerintahan dapat menjadi salah satu alasan untuk dipilih. Nama-nama dari kalangan ASN yang santer diperbincangkan adalah Sekretaris Daerah Kota Sukabumi Dida Sembada dan Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Tejo Condro Nugroho.

"ASN ini kan nggak punya partai jadi indikator ketiga tidak terpenuhi. Tapi bisa dilamar atau melamar ke partai dengan syarat dia sudah pensiun atau mengundurkan diri dari ASN. Misal pejabat pemda yang sekarang sedang ramai dibicarakan adalah Dida Sembada, sudah muncul walaupun baligo yang muncul Ketua Korpri tapi apapun publik kan tidak baca narasinya tapi yang dilihat foto Pak Dida ada dimana-mana. Jadi kita melihat Pak Dida ada potensi untuk itu," imbuhnya.

Terlebih, sejumlah Wali Kota Sukabumi sebelumnya memiliki rekam jejak yang pernah menjabat Sekda seperti Mohamad Muraz dan Mokh. Muslikh Abdussyukur.

"Ini kelebihan Walkot yang punya pengalaman birokrasi itu kemampuan administratifnya. Tapi nampaknya untuk F1 (wali kota) agak berat. Ada juga Tejo Pak Kadis Pariwisata," pungkasnya.

Baca Juga: IRT Sukabumi jadi Dalang Investasi Bodong Berkedok Koperasi

Di sisi lain, menurutnya untuk bisa bertarung dalam kontestasi Pilkada 2024 diperlukan popularitas dan financial capital untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat luas terutama para pemilih.

"Tapi hukumnya begini di dalam popularity itu apabila social capital-!ya tinggi maka financial capital-nya rendah. Jadi kalau dia populer maka daya tawarnya popularitas uangnya bisa sedikit. Tapi kalau popularity-nya dia rendah social capital nya dia rendah maka financial capital-nya dia harus tinggi jadi kolaborasi ini dua harus. Bagaimana kalau dua duanya tidak memadai ya harus ada pihak ketiga yang menyandang itu kan," ujar Asep Deni.

"Tentu ini adalah kemampuan melakukan sosialisasi secepat mungkin memperkenalkan secepat mungkin melalui media elektronik media cetak, media sosial kemudian media luar ruangan seperti yang dilakukan teman teman sekarang," cetusnya.***

Halaman:

Editor: Manaf Muhammad

Sumber: Media Pakuan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah