Usai mengikuti rapat di Istana Kepresidenan membahas kesiapan menghadapi ancaman El Nino, dia mengatakan karena El Nino memiliki intensitas lemah hingga moderat, sangat dikhawatirkan berdampak kekeringan
"Potensi tersebut berdampak ketersediaan air atau kekeringan. Dan akhirnya menganggu produktivitas pangan sehingga akan mengganggu ketahanan pangan,” katanya.
Baca Juga: 7 Sisi Gelap Rwanda yang Jarang Diketahui, Kurangnya Kebebasan Politik?
Sebenarnya, kata Dwikorita Karnawati El Nino merupakan fenomena pemanasan muka air laut di Samudera Pasifik. Sehingga berpotensi penurunan curah hujan global. Termasuk di Indonesia.
"Kami menegaskan potensi kemarau kering imbas kemunculan El Nino. Terlebih, ada potensi kebangkitan fenomena sejenis dari Samudera Hindia berupa Indian Ocean Dipole (IOD) pada periode yang sama,"katanya.
Menurut Ikhtisar Cuaca Harian BMKG untuk Senin 31 Juli 2023, Indeks NINO 3.4 yang mengindikasikan tingkat El Nino berada pada angka +1,0.
“El Nino lemah,” kata BMKG.
Indikator El Nino lainnya, Southern Oscillation Index (SOI), ada pada angka -3,1 alias tidak signifikan. Begitu pula Dipole Mode Index (DMI), yang menunjukkan tingkat fenomena pemicu curah hujan lainnya, IOD, dalam kondisi tak signifikan (+0,01).
Pada saat yang sama, sebagian daerah Indonesia diprediksi masih bakal terdampak hujan pada pekan-pekan awal Agustus.