Rusia Akan Menghadapi Perlawanan Gerilya di Kota Kharkiv Ukraina

- 2 Februari 2022, 19:56 WIB
Ilustarasi
Ilustarasi /Pexels/asim alnamat
MEDIA PAKUAN-Kota Kharkiv merupakan kota terbesar kedua di Ukraina.
Sebagai pusat kawasan industri, di sana terdapat dua pabrik merestorasi tank era Soviet lama atau pembuatan baru.

Berada hanya 40 kilometer (25 mil) dari lokasi berkumpulnya puluhan ribu tentara Rusia di  di perbatasan Ukraina , menjadikan kota ini sebagai front terdepan perlawanan jika terjadi invasi.

Mayoritas penduduk Kharkiv masih menggunakan bahasa Rusia dalam kesehariannya, hanya sedikit yang menggunakan bahasa Ukraina.
 Baca Juga: Vlogger Argentina Dihukum Lantaran Melecehkan Ibu Negara
Saat situasi memanas dengan rusia. Sikap warganya terbelah, ada yang antusias untuk  melawan secara sukarela jika Rusia menyerang dan mereka yang hanya ingin menjalani hidup normal menghindari perang.
 
Sebagai catatan jika terjadi peperangan, Kharkiv bisa menentukan nasib Ukraina. Melansir AP News 2 februari 2022.

Sebagian penduduk Kharkiv mengatakan bahwa mereka siap untuk meninggalkan kehidupan sipil mereka dan melakukan perang gerilya melawan salah satu kekuatan militer terbesar di dunia. Mereka berharap banyak orang Ukraina melakukan hal yang sama.

“Kota ini harus dilindungi, kita harus melakukan sesuatu, tidak panik dan berlutut. Kami tidak menginginkan ini,” kata Viktoria Balesina, seorang guru olahraga.
Balesina ingat saat itu ia dipaksa untuk menghadiri demonstrasi pro-Rusia selama gerakan protes yang melanda Ukraina setelah Rusia menyerang pada tahun 2014 - tahun yang benar-benar mengubah hidupnya.

Lahir dan besar di Kharkiv, ia berbicara bahasa Rusia seumur hidupnya, namun kini dia beralih ke bahasa Ukraina.  Saat ini dia sudah fasih berbahasa Ukraina, secara berkala memahami kata-kata.

Bergabung dengan kelompok wanita, bertemu setiap minggu, untuk pengajaran pertahanan komunitas. dan dia sudah mampu menggunakan mesin ringan.
Baca Juga: Tangkis Serangan Houthi, Kirim Jet Tempur AS Bantu Keamanan UEA: Datangkan Kapal Perusak USS Cole
Di antara kelompoknya adalah Svetlana Putilina, suaminya adalah seorang Muslim di militer Ukraina. Dengan tekad yang kuat wanita berusia 50 tahun itu telah mengatur rencana darurat untuk keluarganya dan unitnya.
 
Siapa yang akan membawa anak-anak ke tempat yang aman di luar kota? Siapa yang akan menjaga orang yg lanjut usia ke salah satu dari ratusan tempat perlindungan bom ? dan bagaimana perlawanan yang harus dilakukan perempuan?

“Jika memungkinkan dan pemerintah kami memberikan senjata, kami akan mengambilnya dan mempertahankan kota kami,” kata ibu sekaligus nenek tiga anak ini.
Setidaknya punya salah satu senjata dinas suaminya di rumah, dan sudah tahu cara menggunakannya.

Di tempat lain di Kharkiv, Dr. Oleksandr Dikalo, di sebuah klinik gigi umum sebuah gedung apartemen 16 lantai, yang memiliki ruang bawah tanah, yang terdaftar sebagai tempat penampungan darurat bagi ratusan penduduk.

Dikalo adalah seorang mantan prajurit di Angkatan Darat Soviet, ketika dia ditempatkan di Jerman Timur. Istrinya bekerja sebagai dokter di rumah sakit darurat Kharkiv dan secara teratur merawat tentara Ukraina yang terluka di bagian depan.

Konflik di wilayah Donbas Ukraina pada 2014 dan 2015 adalah perang parit tingkat rendah setelah kesepakatan yang ditengahi oleh Prancis dan Jerman. Diperkirakan 14.000 tewas dalam perang parit itu.

“Jika Tuhan melarang sesuatu terjadi, kita harus berdiri dan melindungi kota kita. Kita harus bahu membahu melawan agresor,” kata Dikalo. Pada usia 60 dia terlalu tua untuk bergabung dengan unit pertahanan sipil yang dibentuk di seluruh negeri, tapi dia siap berjuang untuk mencegah Kharkiv jatuh.

Menurut analis dan pejabat intelijen AS. Perang gerilya yang dilakukan oleh dokter gigi, pelatih, dan ibu rumah tangga yang mempertahankan kampung halaman dengan seribu tempat penampungan bawah tanah akan menjadi mimpi buruk bagi para perencana militer Rusia.
 
Ada seruan yang berkembang di Washington untuk CIA dan Pentagon untuk mendukung potensi pemberontakan Ukraina. Pemberontakan yang didukung oleh senjata dan pelatihan yang didanai AS dapat menghalangi invasi skala penuh.

Jajak pendapat warga Ukraina biasa yang ditinjau oleh badan-badan intelijen telah dengan kuat mengindikasikan akan ada perlawanan aktif jika terjadi invasi.
 
“Kharkiv memiliki lebih dari 1 juta warga,” kata Zelenskyy kepada The Washington Post. “Ini tidak akan menjadi hanya pekerjaan; itu akan menjadi awal dari perang skala besar.”
Baca Juga: Terancam Punah, Kementrian Dalam Negeri Malaysia Prediksi Populasi Harimau Malaya Bertahan 10 Tahun Kedepan
Anton Dotsenko. Pada usia 18, dia berada di barisan depan dalam gelombang protes yang menjatuhkan pemerintah pro-Rusia pada tahun 2014.
Saat ini dia sudah berusia 24 tahun, dan dia sudah cukup berpengalaman dengan pergolakan di negerinya,

“Ketika orang dalam keadaan tenang dan makmur, dan semuanya baik-baik saja, mereka tidak menari dengan baik. Tetapi ketika semuanya buruk, saat itulah mereka berpesta keras, seperti yang terakhir kalinya,” kata Dotsenko.
 
“Ini adalah perang yang bodoh, dan saya pikir ini semua bisa diselesaikan secara diplomatis. Hal terakhir yang ingin saya lakukan adalah memberikan hidup saya, memberikan hidup saya yang berharga, untuk sesuatu yang tidak berguna.”

Orang-orang muda yang menari di dalam akan mengatakan hal yang sama, ia menyatakan dalam bahasa Rusia: “Jika perang dimulai, semua orang akan lari.”
Disi lain,sikap apatis Dotsenko adalah hal yang  ingin dicegah oleh satu kelompok pemuda nasionalis.
 
Salah satu pelatih relawan Pulsar mengatakan, “Kharkiv adalah rumah saya dan sebagai penduduk asli kota terpenting yang harus saya lindungi.
 
Kharkiv juga merupakan kota garis depan, yang secara ekonomi dan strategis penting,” katanya, seraya menambahkan bahwa banyak orang di kota itu “siap untuk melindungi diri mereka sendiri sampai akhir,” seperti juga banyak warga Ukraina.
 
Sentimen perlawanan yang sama, terdengar di antara warga Ukraina di ibu kota Kyiv,  “Baik generasi kita maupun anak-anak kita siap membela diri. Ini tidak akan menjadi perang yang mudah,” kata Maryna Tseluiko, seorang pembuat roti berusia 40 tahun yang mendaftar sebagai cadangan perlawanan bersama putrinya yang berusia 18 tahun di Kyiv.

 “Ukraina memiliki tradisi perang gerilya yang kaya. Kami tidak ingin melawan Rusia. Rusialah yang memerangi kita," katanya.*** 
 
 
 
 

Editor: Hanif Nasution

Sumber: Apnews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x