Dikejar Junta Myanmar, Seorang Ibu Muda Terpaksa Melahirkan di Hutan

- 24 Juli 2021, 10:00 WIB
Ilustrasi Dikejar Junta Militer, Seorang Ibu Muda di Myanmar Terpaksa Melahirkan di Hutan
Ilustrasi Dikejar Junta Militer, Seorang Ibu Muda di Myanmar Terpaksa Melahirkan di Hutan /

MEDIA PAKUAN - Seorang ibu muda berbaring melahirkan dalam kegelapan di sebuah desa terpencil di kota Mindat Myanmar.

Gelap malam disertai hujai badai dicengkeram oleh teriakan sang ibu akibat kesakitan kontraksi menjelang persalinan masih terngiang di telinga Mai Nightingale.

Mai Nightingale adalah nama samaran untuk seorang bidan berusia 25 tahun yang membantu seorang ibu muda melahirkan malam itu di sebuah desa terpencil.

Baca Juga: Lakukan Sidak ke Apotek, Jokowi Janji Pasokan Obat dan Vitamin Penangan Covid-19 Diperbaiki

Seorang ibu muda yang melahirkan itu namanya disamarkan menjadi Rosemary demi keamanannya dan keselamatan mereka.

Mai Nightingale mengatakan, Rosemary telah kontraksi sejak malam sebelumnya, namun tentara mendekati desanya di Chin selatan, penduduk terpaksa melarikan diri ke hutan.

"Hanya kami berdua yang ditinggal di desa, kami menutup semua pintu dan jendela rumah, tetap diam di dalam," katanya seperti dikutip dari AlJazeera pada Sabtu 24 Juli 2021.

Baca Juga: Gading Marten Unggah Foto Mesra dengan Ariel Tatum, Tompi: Gw Dah Ingatin Ya

Tidak ada tempat berlindung yang layak di hutan karena hujan yang tak berhenti, Rosemary dan Mai Nightingale beresiko ditemukan tentara karena kembali ke desa.

"Ketika dia merasa sakit, saya memasukkan selimut ke mulutnya karena kami takut tentara akan datang mendengar jeritannya," ujar Mai Nightingale.

Suami Rosemary tidak berani menemaninya melahirkan di desa karena takut jika dilihat tentara akan dikira sebagai anggota kelompok bersenjata setempat.

Baca Juga: Islam Palestina! Mualaf Terus Bertambah Israel Was-Was, Tempuh Jalan Ini

"Situasinya tidak mendukung melahirkan bayi. Kami melihat tentara Burma berjalan menuju desa kami, tetapi kami tidak bisa kembali karena Rosemary sudah kelelahan," ucapnya.

Sejak pecah kudeta militer pada 1 Februari lalu, pasukan pertahanan sipil yang mempersenjatai diri dengan senapan berburu dan senjata rakitan bermunculan melawan rezim.

Rosemary melahirkan bayinya tak lama setelah suara para tentara menghilang, Mai Nightingale memotong tali pusar dengan silet dan mengikatnya menggunakan benang.

Meskipun Rosemary dan bayinya dalam keadaan sehat, namun ibu dan bayi baru lahir menghadapi resiko ditengah meningkatnya krisis kemanusiaan.

Baca Juga: Jadikan Harry Kane Pemain Termahal Dunia, Manchester City Gigit Jari

"Risiko kesehatan utama bagi ibu hamil dan bayi baru lahir adalah nyawa mereka. Mereka bisa mati selama persalinan atau setelahnya karena mereka harus lari setiap kali tentara mendekat," ungkapnya.

Mai Nightingale mengaku terbatas kemampuan untuk membantu melahirkan bayi dengan aman, terlebih fisik wanita hamil dan bayi baru lahir di tengah wabah virus corona.

"Mereka lari ke tempat mereka bersembunyi. Tidak ada cukup peralatan medis dan obat-obatan, apalagi bayi tidak bisa mendapatkan vaksinasi atau tempat tinggal yang memadai," tambahnya.***

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x