Myanmar Berdarah! Pemberontak Tembak Mati Puluhan Pekerja Kontruksi, Dipicu Kudeta Militer

- 11 Juli 2021, 11:07 WIB
ilustrasi/ militer  Myanmar serang anti junta lewat udara
ilustrasi/ militer Myanmar serang anti junta lewat udara /pixabay

MEDIA PAKUAN - Sekelompok pemberontak dari golongan etnis terkemuka di Myanmar melakukan pembantaian terhadap puluhan warga sipil yang tidak bersalah.

Seorang juru bicara menyebut dugaan pembantaian yang dilakukan pemberontak diduga bermula dari rasa frustrasi kelompok tersebut melihat kudeta militer Myanmar.

Seperti diketahui, Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta bulan Februari lalu militer menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.

Baca Juga: Lowongan Kerja BUMN di Kementerian PPN Bappenas Juli 2021: Ada Satu Formasi Kosong Saja

Kudeta militer itu memicu protes besar di kalangan warga sipil dan menimbulkan bentrokan antara militer dan tentara pemberontak etnis di wilayah perbatasannya.

Salah satu kelompok pemberontak terbesar di wilayah timur Myanmar Persatuan Nasional Karen (KNU) konflik dengan militer penguasa sejak kudeta terjadi.

Media yang dikelola junta militer menuduh salah satu sayap bersenjata kelompok itu yakni Organisasi Pertahanan Nasional Karen (KNDO) melakukan pembantaian terhadap 25 pekerja konstruksi.

Baca Juga: Dewan Pakar PBB: Pembangunan Ilegal Pemukiman Israel Bentuk Kejahatan Perang

Juru bicara Padoh Saw Taw Nee mengkonfirmasi bahwa kepala KNDO Jenderal Ner Dah Bo Mya dan bawahannya Letnan Saw Ba Wah telah diberhentikan.

"Menurut Konvensi Jenewa, bahkan jika mereka adalah musuh kami, kami hanya menangkap mereka, Anda tidak dapat membunuh seperti itu," katanya.

Keputusan yang dibuat pada beberapa hari lalu oleh para pemimpin KNU kemungkinan akan menabur perselisihan internal dalam kelompok pemberontak.

Baca Juga: Sebentar Lagi Pelaksanaan Seleksi CPNS 2021, Para Guru Honorer Harap Persiapkan 10 Dokumen Persyaratan Ini

Perpecahan yang disebabkan oleh pandangan politik terhadap tindakan junta militer yang melakukan kudeta terhadap Aung San Suu Kyi.

"Kami berdiri teguh pada komitmen kami terhadap Konvensi Jenewa dan komunitas internasional, dan kami harus menangani ini dengan hati-hati," tambah Padoh Saw Taw Nee.

Daerah perbatasan Myanmar adalah tambal sulam wilayah dan aliansi yang dikuasai oleh banyak kelompok pemberontak, sebagian besar melawan militer untuk otonomi sumber daya.

Baca Juga: Berikut Empat Negara yang Tidak Terkena Covid-19, Israel Termasuk?

Kebanyakan elompok itu juga mengutuk militer atas perebutan kekuasaan, dan menyediakan perlindungan bagi para pembangkang yang menentang junta militer.***


 

Editor: Ahmad R

Sumber: english.alarabiya.net


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x