Bentrokan Meletus Kembali, Militer Myanmar Gunakan Artileri Berat dan Mortir

- 15 Mei 2021, 16:25 WIB
Aksi unjuk rasa di Myanmar/ISTIMEWA
Aksi unjuk rasa di Myanmar/ISTIMEWA /Reuters/



MEDIA PAKUAN-Bentrokan kembali terjadi di Mindat Barat Laut antara militer Myanmar dan pejuang milisi lokal, Sabtu, 15 Mei 2021.

Militer menggunakan artileri berat dan mortir untuk menghalau pengunjuk rasa.

Bentrokan di negara bagian Chin itu sebagai pertanda meningkatnya kekacauan di Myanmar ketika junta berjuang memaksakan otoritas dalam menghadapi protes harian.
Baca Juga: Myanmar Krisis Uang Tunai, Masyarakat Rela Antri Dini Hari Demi Dapat Nomor Antrian Bank
Sejak kudeta 1 Februari 20201 yang dilakukan junta militer terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, hampir setiap hari protes terjadi di kota-kota Myanmar, dan bentrokan di kota-kota kecil bagian, dengan para pejuang milisi.

Pada Kamis, junta melakukan darurat militer di Mindat. Kemudian mereka melakukan serangan yang meningkat terhadap apa yang di sebutnya sebagai "teroris bersenjata".

Sementara itu, juru bicara junta tidak menjawab panggilan yang meminta komentar tentang pertempuran yang terjadi pada hari Sabtu.

Pertempuran itu mulai mengganas pada hari Sabtu, kata penduduk yang berlindung di Mindat.

"Ada tentara di mana-mana," kata seorang pria. terlihat sebuah helikopter tempur menembakkan roket, dalam sebuah video yang diunggah di media sosial oleh seorang penduduk kota perbukitan.

Beberapa rumah telah hancur ketika tentara melanjutkan pemboman artileri pada hari Sabtu, kantor berita Irrawaddy melaporkan.

"Kami hidup dalam mimpi buruk. Mindat secara harfiah adalah zona perang," seorang penduduk berusia 32 tahun mengatakan kepada media.

"Mereka menggunakan artileri berat, mortir untuk melawan kami. Kami tidak bisa melawannya, kami menghabiskan sebagian besar amunisi kami dan kami mempertaruhkan segalanya, Saya pikir ada kemungkinan kami akan dibantai," katanya
Baca Juga: Hamas Ejek Israel, Dikatakan Tidak Mampu Menghadapi Perlawanan di Gaza
"Kami mencoba yang terbaik untuk mempertahankan diri kami sendiri. tapi kita mungkin tidak bertahan lebih lama lagi," lanjutnya.

Sekitar dua lusin kelompok etnis bersenjata telah berperang selama beberapa dekade melawan tentara Myanmar yang didominasi oleh mayoritas Bamar.

Sementara itu, pihak media tidak dapat menghubungi kelompok itu untuk memberikan komentar pada hari Sabtu.***


Editor: Hanif Nasution

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah