Para Pengunjuk Rasa Myanmar Kembali Turun Kejalan Gelar Aksi , Setelah Pasca Kudeta paling Berdarah

- 1 Maret 2021, 14:56 WIB
Seorang demonstran ditahan oleh polisi anti huru hara selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021.
Seorang demonstran ditahan oleh polisi anti huru hara selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021. /Reuters/



MEDIA PAKUAN - Pengunjuk rasa kembali turun ke jalanan menentang tindakan keras keamanan yang menewaskan setidaknya 18 orang sebelumnya, hal tersebut menuai tangapan Internasional, Senin

Bentrok tidak bisa terhindarkan di berbagai tempat Myanmar dan pasukan keamanan menembakan ke kerumunan setelah upaya tembakan peringatan dan gas air mata gagal membubarkan pengunjuk rasa yang menuntut pemulihan pemerinatahan Aung San Suu Kyi.

Para polisi Myanmar berada di titik-titik protes di Yangon pada hari Senin, bersiap dengan persenjataannya, meriam air dan kendaraan militer.

Baca Juga: Peringati HUT Ke-102 Damkar, Bupati Bogor Ade Munawaroh Yasin Kenang Jasa Pemadam Kebakaran

Sedangkan Para pengunjuk rasa berbaris di barat laut Myanmar, Kale, memegang foto Suu Kyi sambil meneriakan "demokrasi, tujuan kami, tujuan kami."

Dalam sebuah video siaran langsun Facebook menunjukan orang-orang berkumpul di seberang jalan di Lashio, Negara Bagian Shan, sambil meneriakan slogan-slogan kearah polisi yang berbaris.

"Sudah satu bulan sejak kudeta. Mereka menindak kami dengan penembakan kemarin. Kami akan keluar hari ini lagi," kata pemimpin protes terkemuka Ei Thinzar Maung dalam postingan di Facebook.

Baca Juga: Kabar Gembira! Mendikbud Berikan Bantuan Kuota Belajar Tahun 2021, Ini Besaran Masing-Masing Tingkatnya

Unjuk rasa yang menerima perlakuan kekerasan oleh pasukan keamanan saat demonstrasi, menuai kecaman dan kutukan dari para petinggi.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengutuk tindakan yang dilakukan pasukan keamanan Myanmar dalam menghadapi pengunjuk rasa, dia menyebutnya "kekerasan menjijikkan."

Menteri Luar Negeri Kanada Marc Garneau mengatakn, sikap penanggapan kekerasan yang mematikan kepada rakyatnya sendiri merupakan tindakan "mengerikan."

Baca Juga: Cek Fakta ! Tidak KTP Bisa Mendapatkan Bantuan Tunai Rp3.5 Juta, Inilah KTP yang Berhak Dapat BLT Modal Usaha

Pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar Tom Andrews mengatakan, serangan junta akan terus berlanjut sehingga komunitas internasional harus meningkatkan tanggapannya.

Tom Andrews mengusulkan embargo senjata gelobal, lebih banyak sanksi yang dibuat oleh lebih banyak negar untuk mengecamnya terhadap orang-orang yang berada di balik kudeta.

Selain itu, dia juga mengusulkan untuk sanksi terhadap bisnis militer dan rujukan Dewan Keamanan PBB ke Pengadilan Kriminal Internasional.

Baca Juga: Miliki Persoalan Hukum? Kini Pikiran-rakyat.com Sediakan Kanal Konsultasi Hukum

"Kata-kata kutukan diterima tetapi tidak cukup. Kita harus bertindak," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Mimpi buruk di Myanmar yang terbentang di depan mata kita akan bertambah parah. Dunia harus bertindak," lanjutnya.***

Sumber; Ruters

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah