MEDIA PAKUAN- Pasca pemimpin de fakto Myanmar Aung San Suu Kyi ditahan oleh Militer, situasi di Myanmar berubah-rubah.
Jelas bahwa membuat konsesi terhadap militer bukanlah jaminan perlindungan terhadap kudeta.
Melansir dari Middleeastmonitor.com Seorang penasehat Negara mengatakan, Aung San Suu Kyi berkuasa sejak tahun 2015 setelah perjuangan panjang, bahkan dia berhasil dianugrahi pengahargaan hak azasi manusia terutama hadiah Nobel perdamaian dan menerima dukungan internasional.
Namun, begitu berkuasa, dia meninggalkan prinsip-prinsipnya dan membela pembersihan etnis terhadap minoritas, yang paling penting percobaan genosida terhadap minoritas Muslim Rohingya di negaranya sendiri.
Dalam peta politiknya Aung San memberikan kelonggaran kepada militer, yang terakhir adalah partisipasi dalam pemilu 2020, meskipun ada pengecualian dari minoritas seperti Muslim dan Kristen. Ini sesuai dengan keinginan militer dan kebijakan rasisnya.
Meskipun ada konsesi seperti itu, pemerintahnya menghadapi kudeta militer pada Senin pagi. Aung San Suu Kyi ditangkap bersama politisi lainnya.
Baca Juga: Jangan Stres! Ramalan Karier Berdasarkan Zodiak Hari Ini, Leo dan Libra Mendapat Tekanan Pekerjaan
Alhasil, kini militer melakukan kudeta terhadapnya dan mengulingkan Aung San.