MEDIA PAKUAN - Selain memiliki status gunung yang sangat berbahaya di Indonesia, ternyata Gunung Merapi memiliki Mitologi yang beredar di Masyarakat Sekitar.
Terlebih lagi pada ribuan tahun lalu, Gunung ini telah tercatat dalam sejarah bahwa pernah melakukan erupsi sebanyak 68 kali.
Gunung merapi merupakan salah satu Gunung Api teraktif di Indonesia yang berlokasikan di Kabupaten Sleman Yogyakarta, dan beberapa Kabupaten Klaten, Boyolali, dan Magelang Jawa Tengah.
Baca Juga: Rentan Meletus, Aktivitas Vulkanik Gunung Merapi BPBD Magelang Siapkan Rencana Darurat Kontingensi
Ketinggian Gunung Merapi mencapai 2.930mpdl, gunung tersebut dianggap gunung yang cukup berbahaya di Indonesia.
Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian para ahli bahwasannya Gunung Merapi akan melakukan erupsi setiap dua sampai lima tahun sekali.
Sejak tahun 1548, Gunung Merapi tercatat telah melakukan erupsi sebanyak 68 kali.
Nama 'Merapi' adalah singkatan dari 'Meru dan Api', sehingga jika diartikan dalam bahasa bahwa Merapi dimaknai sebagai Gunung Api.
Ketinggian Gunung Merapi mencapai 2.930mpdl, gunung tersebut dianggap gunung yang cukup berbahaya di Indonesia.
Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian para ahli bahwasannya Gunung Merapi akan melakukan erupsi setiap dua sampai lima tahun sekali.
Sejak tahun 1548, Gunung Merapi tercatat telah melakukan erupsi sebanyak 68 kali.
Nama 'Merapi' adalah singkatan dari 'Meru dan Api', sehingga jika diartikan dalam bahasa bahwa Merapi dimaknai sebagai Gunung Api.
Baca Juga: Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Suara Gemuruh, PMI Siagakan Ratusan Relawan
Gunung Merapi adalah gunung termuda dari rangkaian Gunung Merapi yang mengarah ke selatan pulau Jawa, dari Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan Gunung Merapi.
Secara Geologis, pembentukan Gunung Merapi disebabkan karena aktivitas di zona sufdufsi lempeng Indo-Australia yang bergerak kebawah lempeng Eurasia sehingga memunculkan aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah pulau jawa.
Sama seperti gunung lainnya yang berada di Indonesia, Gunung Merapi juga kisah mitologi tersendiri terkait pembentukannya.
Konon menurut cerita yang beredar di Masyarakat, Gunung Merapi adalah penyeimbang Pulau Jawa agar tidak miring, dengan kisahnya sebagai berikut.
Gunung Merapi adalah gunung termuda dari rangkaian Gunung Merapi yang mengarah ke selatan pulau Jawa, dari Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan Gunung Merapi.
Secara Geologis, pembentukan Gunung Merapi disebabkan karena aktivitas di zona sufdufsi lempeng Indo-Australia yang bergerak kebawah lempeng Eurasia sehingga memunculkan aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah pulau jawa.
Sama seperti gunung lainnya yang berada di Indonesia, Gunung Merapi juga kisah mitologi tersendiri terkait pembentukannya.
Konon menurut cerita yang beredar di Masyarakat, Gunung Merapi adalah penyeimbang Pulau Jawa agar tidak miring, dengan kisahnya sebagai berikut.
Baca Juga: Bukan Hanya Warga, BNPB juga Evakuasi Hewan Ternak hadapi Ancaman Erupsi Gunung Merapi
Dahulu kala, pulau Jawa adalah pulau yang miring, para dewa di kayangan berencana menyeimbangkan pulau Jawa dengan cara memindahkan sebuah gunung di laut selatan yaitu Gunung Jamur Dipa.
Sementara itu, dibagian tengah pulau jawa yang akan menjadi lokasi diletakannya Gunung Jamur Dipa.
Terdapat dua orang Empu Sakti yang sedang membuat keris, mereka adalah Empu Ramah dan Empu Pamadi.
Batara Guru sebagai Raja para Dewa mengutus Batara Narada dan Dewa Penyarikan untuk turun menemui kedua Empu tersebut agar bersedia pindah.
Dahulu kala, pulau Jawa adalah pulau yang miring, para dewa di kayangan berencana menyeimbangkan pulau Jawa dengan cara memindahkan sebuah gunung di laut selatan yaitu Gunung Jamur Dipa.
Sementara itu, dibagian tengah pulau jawa yang akan menjadi lokasi diletakannya Gunung Jamur Dipa.
Terdapat dua orang Empu Sakti yang sedang membuat keris, mereka adalah Empu Ramah dan Empu Pamadi.
Batara Guru sebagai Raja para Dewa mengutus Batara Narada dan Dewa Penyarikan untuk turun menemui kedua Empu tersebut agar bersedia pindah.
Baca Juga: Waspada ! Gunung Merapi Kembali Mengalami 19 Kali Gempa Guguran
Saat tiba, Batara Narada dan Dewa Penyarikan dibuat terkejut dengan cara pembuatan keris yang dilakukan oleh kedua Empu tersebut.
Empu Ramah dan Empu Pamadi menempa batangan logam yang membara tidak menggunakan palu, setelah diliatnya secara langsung ternyata mereka menempanya menggunakan tangan kosong dan paha.
Setiap kali kepalan tangan dan paha dipukulkan ke logam, muncul percikan cahaya yang menyilaukan mata.
Permintaan Batara Narada dan Dewa Penyarikan agar kedua Empu itu pindah akhirnya ditolak mentah-mentah, walaupun Empu tersebut sudah dijanjikan mendapatkan tempat yang lebih layak.
Saat tiba, Batara Narada dan Dewa Penyarikan dibuat terkejut dengan cara pembuatan keris yang dilakukan oleh kedua Empu tersebut.
Empu Ramah dan Empu Pamadi menempa batangan logam yang membara tidak menggunakan palu, setelah diliatnya secara langsung ternyata mereka menempanya menggunakan tangan kosong dan paha.
Setiap kali kepalan tangan dan paha dipukulkan ke logam, muncul percikan cahaya yang menyilaukan mata.
Permintaan Batara Narada dan Dewa Penyarikan agar kedua Empu itu pindah akhirnya ditolak mentah-mentah, walaupun Empu tersebut sudah dijanjikan mendapatkan tempat yang lebih layak.
Baca Juga: Waspada! Gunung Merapi Mengeluarkan Lava, Pemerintah Lakukan Mitigasi Bencana
Empu Ramah dan Empu Pamadi enggan pindah karena menurut mereka karena Kerisakti tidak bisa dilakukan jika berpindah-pindah dengan alasan akan mengurangi tingkat kesaktiannya.
Berkali-kali dicoba oleh Batara Narada dan Dewa Penyarikan, namun hasilnya tetap sama berakhir dengan penolakan. Para dewa akhirnya menyerah dan kembali ke kayangan.
Usai sampai di kayangan, kedua pengutus melaporkan hasil dari apa yang ia kerjakan kepada Maha Guru.
Karena kondisi yang kian mendesak, akhirnya para Dewa terpaksa menindih kedua Empu tersebut dengan Gunung Jamur Dipa.
Empu Ramah dan Empu Pamadi enggan pindah karena menurut mereka karena Kerisakti tidak bisa dilakukan jika berpindah-pindah dengan alasan akan mengurangi tingkat kesaktiannya.
Berkali-kali dicoba oleh Batara Narada dan Dewa Penyarikan, namun hasilnya tetap sama berakhir dengan penolakan. Para dewa akhirnya menyerah dan kembali ke kayangan.
Usai sampai di kayangan, kedua pengutus melaporkan hasil dari apa yang ia kerjakan kepada Maha Guru.
Karena kondisi yang kian mendesak, akhirnya para Dewa terpaksa menindih kedua Empu tersebut dengan Gunung Jamur Dipa.
Baca Juga: Waspada! BPPTKG Mencatat13 kali Gempa di Gunung Merapi, Warga dan Pelaku Usaha Menjauh
Dengan kekuatan sakti Dewa Angin dan Bayu, Gunung Jamur Dipa dibuat melayang-layang di udara dengan angin topan. Gunung tersebut jatuh tepat diatas perapian tempat Empu menempa keris.
Hasilnya kedua Empu seketika tewas akibat tertimpa Gunung, menurut kepercayaan masyarakat kedua roh Empu sakti tersebut menjadi penjaga Gunung yang telah menimpanya.
Dengan kekuatan sakti Dewa Angin dan Bayu, Gunung Jamur Dipa dibuat melayang-layang di udara dengan angin topan. Gunung tersebut jatuh tepat diatas perapian tempat Empu menempa keris.
Hasilnya kedua Empu seketika tewas akibat tertimpa Gunung, menurut kepercayaan masyarakat kedua roh Empu sakti tersebut menjadi penjaga Gunung yang telah menimpanya.
Baca Juga: Waspada! BMKG Peringatan Dini Empat Wilayah Jakarta di Bayang-bayangi Hujan dan Petir
Sedangkan perapian yang digunakan Empu dalam proses pembuatan keris berubah menjadi sebuah kawah lahar yang amat panas.
Sedangkan perapian yang digunakan Empu dalam proses pembuatan keris berubah menjadi sebuah kawah lahar yang amat panas.
Demikian sejarah awal mula gunung merapi, semoga dapat memberikan berbagai informasi mengenai Gunung Merapi pada zaman dahulu.***