Di sisi lain, menurutnya sehubungan juga secara makro secara keseluruhan, Indonesia akan menghadapi bonus demografi dengan rata rata jumlah penduduk berusia produktif jumlahnya tinggi.
"Sehingga kemudian apabila kita menyerahkan kepada sektoril yang ada di Indonesia, kemungkinan tidak bisa diserap seluruh pemuda usia produktif untuk kerja, sangat kurang diserap di dalam negeri, sehingga kita wajib membuka peluang usaha ke luar negeri, untuk bisa mengurangi beban usia produktif, dengan adanya bonus demografi ini bisa semuanya terserap," tandasnya.
Sementara itu advisor Kadin Indonesia M. Teguh Setiabasa berujar, sejumlah perusahaan Jepang itu akan berkomunikasi dengan provinsi Okayama salah satunya yang akan dijadikan pilot project.
"Kemudian dia juga akan melakukan bisnis matching, yang akan mendorong industri Jepang untuk bisa membuka peluang bisnis di Indonesia, apakah itu membuka pabrik Indonesia, dan Indonesia memanfaatkan pangsa pasar Indonesia yang besar ini," pungkasnya.
Baca Juga: Pj Wali Kota Sukabumi Doakan Achmad Fahmi Lekas Pulih Pasca Kecelakaan di Kebumen
Menurutnya hasil dari diplomasi dengan perusahaan pertanian asal Jepang tersebut, mereka bisa memberikan 100 persen alih teknologi. Hal itu bisa menjadi solusi mengatasi krisis pangan di dalam negeri.
"Karena untuk menangani krisis pangan itu bukan ditambah lahan, bukan ditambah petani, tapi harus di-backup dengan teknologi, contoh keuntungan daripada teknologi ini yang tadinya 1 hektare bisa menghasilkan 10 ton, dengan menggunakan teknologi ini bisa menghasilkan 20 ton," jelasnya.***