Baca Juga: Harus Ekstra Hati-hati! Hujan akan Mengguyur Kota Sukabumi Pagi hingga Petang
"Kami akan pergi ke sekolah lalu pulang. Di sekolah, saya ingat kami harus menyambut jenderal yang berbeda dan memberi penghormatan kepada mereka. Sistem pendidikannya sederhana, propaganda militer."
Tapi kemudian, ketika dia berusia 18 tahun, ayahnya menjadi sasaran lagi, dan seluruh keluarga dimasukkan ke dalam penjara, di mana mereka tinggal selama tujuh tahun.
Kejahatannya? Menjadi putri seorang aktivis politik.
Baca Juga: Luar Biasa! Honda Hybrid 2021,Tampil Bagus Aman dan Terjangkau
Setelah dibebaskan, dia melanjutkan ke universitas dan hari ini bekerja sebagai aktivis hak asasi manusia, berkampanye terutama untuk persamaan hak bagi perempuan dan untuk Rohingya.
"Saat tumbuh dewasa, negara bagian Rakhine miskin tetapi tidak buruk, orang masih bisa menjalankan bisnis mereka," katanya. "Tidak seperti sekarang ini."***