Ayahnya dibawa kedalam truk dengan tangan dibrogol dan entah kemana di bawa perginya.
" Saya tumbuh dengan rasa takut terus menerus menghatui," tuturnya.
" itulah mengapa saya menjadi tumbuh sebagai seorang yang penakut karena tiap hari selalu ada tentara diluar, itulah yang membuat saya masih bisa membayangkan ayah saya diambil dari saya. Saya ingat kami akan memasang earphone dan mendengarkan radio dengan sangat lembut."
Wai Wai - yang merupakan seorang Rohingya, salah satu etnis minoritas yang paling teraniaya di negara itu - mengatakan ayahnya selalu dikejar.
Saat itu ayahku sudah dibebaskan sebulan setelah penculikan itu.
Ketika Wai Wai berusia 10 tahun, keluarganya memutuskan untuk pindah ke ibu kota Yangon (Rangoon).
"Saya melihat sedikit lebih banyak kebebasan di Yangon," katanya. "Di Rakhine, mayoritas penduduk adalah Rohingya tetapi di Yangon, lebih multikultural dengan bahasa yang berbeda. Tetapi banyak orang di Yangon tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang terjadi dengan etnis minoritas."
Saat itu, kehidupannya tampak cukup normal.