MEDIA PAKUAN - Istilah silent majority menjadi topik pembicaraan di media sosial usai tersebarnya quick count pilpres sementara. Dimana menyatakan Paslon 02 unggul yaitu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka
Silent majority di duga menjadi dukungan paling kuat sehingga Prabowo-Gibran menjadi unggul daripada paslon lainnya. Pasalnya Prabowo-Gibran bisa merangkul semua kalangan, baik agamis maupun nasionalis.
Berbeda dengan Anies Muhaimin yang kuat dengan unsur agamis, sementara Ganjar Mahfud dengan unsur nasionalis.
Silent majority di duga menjadi dukungan paling kuat sehingga Prabowo-Gibran menjadi unggul daripada paslon lainnya. Pasalnya Prabowo-Gibran bisa merangkul semua kalangan, baik agamis maupun nasionalis.
Berbeda dengan Anies Muhaimin yang kuat dengan unsur agamis, sementara Ganjar Mahfud dengan unsur nasionalis.
Baca Juga: RS Al - Nasser Dijadikan Barak Militer Pasukan Israel, Puluhan Stap Medis dan Pasen Disandera
Di era modern seperti sekarang watak pemimpin yang disukai milenial dan Gen Z adalah tokoh nonpartai yang berani, tegas, dan merakyat. Formulasi branding politisi pendukung 02 ini diklaim ampuh untuk mengumpulkan suara Silent Majority
Formula seperti ini bukan barang baru dalam politik, bahkan istilah silent majority sudah ada sejak zaman Romawi dan sampai kini jadi istilah umum politisi
Diketahui, Istilah 'silent majority' berawal dari Petronius, penulis romawi yang menggunakan eufimisme “Abiit ad plures” (dia telah bergabung dengan mayoritas) untuk menggambarkan kumpulan orang yang sudah mati.
Di sisi lain, Mengutip dari Political Dictionary, dijelaskan bahwa istilah silent majority atau yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan "mayoritas diam", mengacu pada sekelompok besar pemilih yang merasa terpinggirkan, dibungkam, atau kurang terlayani oleh sistem politik.
Di era modern seperti sekarang watak pemimpin yang disukai milenial dan Gen Z adalah tokoh nonpartai yang berani, tegas, dan merakyat. Formulasi branding politisi pendukung 02 ini diklaim ampuh untuk mengumpulkan suara Silent Majority
Formula seperti ini bukan barang baru dalam politik, bahkan istilah silent majority sudah ada sejak zaman Romawi dan sampai kini jadi istilah umum politisi
Diketahui, Istilah 'silent majority' berawal dari Petronius, penulis romawi yang menggunakan eufimisme “Abiit ad plures” (dia telah bergabung dengan mayoritas) untuk menggambarkan kumpulan orang yang sudah mati.
Di sisi lain, Mengutip dari Political Dictionary, dijelaskan bahwa istilah silent majority atau yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan "mayoritas diam", mengacu pada sekelompok besar pemilih yang merasa terpinggirkan, dibungkam, atau kurang terlayani oleh sistem politik.
Baca Juga: Benarkah jadi Oposisi? Jokowi Minta Media Tanyakan Langsung ke Elite PDI Perjuangan: Respon Pernyataan Hasto?
Kelompok ini diasumsikan mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk mempengaruhi hasil suatu pemilu ketika mereka memberikan suara secara massal.
Melompat abad ke-20 di Amerika, Silent Majority digunakan oleh Presiden Richard Nixon mendefinisikan kelompok kelas menengah Amerika yang tidak tergabung dalam demonstrasi antiperang Vietnam
Kemudian Dalam kampanye Donald Trump di 2015, istilah ini ditunggangi Trump untuk menggambarkan kekuatan besar di balik para pemilihnya
istilah silent majority digunakan berulang dalam ranah politik sebagai wacana tandingan dari wacana kritis yang dilontarkan oleh para kelompok vokal dan oposisi.
Kelompok ini diasumsikan mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk mempengaruhi hasil suatu pemilu ketika mereka memberikan suara secara massal.
Melompat abad ke-20 di Amerika, Silent Majority digunakan oleh Presiden Richard Nixon mendefinisikan kelompok kelas menengah Amerika yang tidak tergabung dalam demonstrasi antiperang Vietnam
Kemudian Dalam kampanye Donald Trump di 2015, istilah ini ditunggangi Trump untuk menggambarkan kekuatan besar di balik para pemilihnya
istilah silent majority digunakan berulang dalam ranah politik sebagai wacana tandingan dari wacana kritis yang dilontarkan oleh para kelompok vokal dan oposisi.
Baca Juga: Wajib Coba! Resep Cara Membuat Uyen Goreng Ala Rumahan Renyah dan Bikin Nagih
Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran di wilayah Jawa Barat, Ridwan Kamil juga sempat menyinggung istilah silent majority dalam salah satu unggahan Instagram pribadinya @ridwankamil.
Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran di wilayah Jawa Barat, Ridwan Kamil juga sempat menyinggung istilah silent majority dalam salah satu unggahan Instagram pribadinya @ridwankamil.
Postingan yang membahas istilah silent majority tersebut menyertakan hasil quick count Pilpres 2024 yang menunjukkan Paslon 02 unggul jauh dari paslon lainnya.
"Pelajaran. 'Silent Majority' sudah berbicara. Siapa mereka? Mereka yang menyimak, tetapi jarang komen. Mereka yang jarang ribut-ribut di media sosial tiap akun ini posting #politik," demikian tertulis dalam unggahan tersebut
Melalui unggahan yang sama, Ridwan Kamil juga menyinggung media sosial yang selama ini diramaikan oleh noisy minority.
"Pelajaran. 'Silent Majority' sudah berbicara. Siapa mereka? Mereka yang menyimak, tetapi jarang komen. Mereka yang jarang ribut-ribut di media sosial tiap akun ini posting #politik," demikian tertulis dalam unggahan tersebut
Melalui unggahan yang sama, Ridwan Kamil juga menyinggung media sosial yang selama ini diramaikan oleh noisy minority.
Padahal menurutnya noisy minority tidak dapat menjadi tolak ukur untuk menggambarkan realita di lapangan.
"Rame di medsos oleh noisy minority bukan ukuran realita yang sama di lapangan," tulis Ridwan Kamil.
"Bulian atau ejekan di media sosial tidak pernah kami jawab. Cukup kami jawab dengan kerja-kerja terukur di lapangan," sambungnya.
Mengacu pada penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa silent majority adalah masyarakat dalam kelompok besar yang tidak terang-terangan menyatakan dukungannya kepada salah satu pasangan calon (paslon).
"Rame di medsos oleh noisy minority bukan ukuran realita yang sama di lapangan," tulis Ridwan Kamil.
"Bulian atau ejekan di media sosial tidak pernah kami jawab. Cukup kami jawab dengan kerja-kerja terukur di lapangan," sambungnya.
Mengacu pada penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa silent majority adalah masyarakat dalam kelompok besar yang tidak terang-terangan menyatakan dukungannya kepada salah satu pasangan calon (paslon).
Kelompok ini memilih tidak mengungkapkan dukungan mereka secara terbuka. Karena jumlahnya yang besar atau mayoritas, kelompok ini memiliki kekuatan untuk menjadi penentu dalam menentukan hasil pemilihan.
Kandidat yang berhasil menarik dukungan dari kelompok silent majority ini akan memiliki peluang menang yang lebih besar dalam pemilihan karena mereka mewakili suara mayoritas yang diam.***