Sepak Terjang Perjuangan Kapitan Pattimura, Gugur Akibat Tipu Daya VOC Belanda

28 Juli 2021, 08:45 WIB
HUT Kapitan Pattimura ke 102 /

MEDIA PAKUAN - Dalam sejarah perjuanagn kita mengenal pahlawan dari Maluku, yang bernama Pattimura.

Ia lahir dari keluarga bangsawan pada 18 Juni 1783 ditanaah Seram, sang ayah bernama Frans Matulesi dengan Ibu Fransina Silaho.

Ia adalah pahlawan yang berjuang untuk Maluku melawan VOC Belanda, yang masuk ke tanah Maluku untuk menguasai perdagangan rempah-rempah.

Baca Juga: Kapolri Merotasi Pembuat Makalah Polri Persisi, Irjen Wahyu Widada: Lulusan Akpol Terbaik Peraih Adhi Makayasa

Sebagai panglima perang,Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengoordinir raja-raja dan patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan.

Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa.

Pahlawan Pattimura adalah seorang pemimpin yang berwibawa dan penuh kharisma.

Dalam perlawanannya melawan penjajahan Belanda, kapitan Pattimura dikenal sangat cerdik dan mampu menghimpun kekuatan besar rakyat Maluku sehingga mempersulit pergerakan Belanda di Maluku.

Baca Juga: Mutasi Polri, Kapolres Kota AKBP Sumarni dan Kapolres Kabupaten Sukabumi AKBP Lukman Diganti

Bahkan, namanya pun disegani oleh para pemimpin VOC di kala itu yang harus memutar otak untuk menghadapi perjuangan rakyat Maluku.

Di Saparua, dia dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan. Untuk itu, ia pun dinobatkan bergelar Kapitan Pattimura. Pada tanggal 16 Mei 1817, suatu pertempuran yang luar biasa terjadi. Rakyat Saparua di bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura tersebut berhasil merebut benteng Duurstede.

Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan pasukan yang lebih banyak dilengkapi dengan persenjataan yang lebih modern. Pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan terpukul mundur.

Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda. Bersama beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke Ambon.

Baca Juga: Ariel Noah dan Indah Kusumaningrum Makin Lengket, Netizen: Boriel Lihai dalam Memilih Pasangan

pejuang itu akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon di usia 34 tahun.

Atas kegigihannya memperjuangkan kemerdekaan, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai “Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan” oleh pemerintah Republik Indonesia.

Tidak hanya sampai disitu, pemerintah lokal kota Ambon pun mengapresiasi perjuangan pahlawan mulia kapitan Pattimura dengan dibuatnya sebuah taman di tengah pusat Kota Ambon dengan patung kapitan Pattimura yang gagah berdiri di tengahnya.

Begitulah taman itu biasa dikenal oleh warga kota Ambon terdapat di samping lapangan merdeka yang menjadi pusat kegiatan kota Ambon.

Baca Juga: Suntuk Dimasa PPKM Level 4 dan Pandemi Covid-19, Kue Orea Kekinian Wajib Dicoba di Rumah saat Bersantai

Taman kapitan Pattimura berada dekat dengan perkantoran pemerintah Ambon dan menjadi salah satu pusatnya kegiatan warga Ambon khususnya anak-anak muda yang biasa berolahraga di tempat tersebut setiap harinya.

Taman pahlawan kapitan Pattimura selain hanya untuk berolahraga, terkadang ada para wisatawan yang tertarik untuk mendatanginya karena sudah menjadi salah satu obyek wisata di kota Ambon.

Kita semua harus bangga dengan perjuangan pahlawan kapitan Pattimura dan berusaha mewujudkan perjuangan serupa untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.***

 

Editor: Popi Siti Sopiah

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler