55 Orang Terluka Akibat Bentrok dalam Ujuk Rasa di Thailand, Begini Kronologisnya

- 18 November 2020, 21:27 WIB
Ilustrasi aksi di jalanan di Thailand.
Ilustrasi aksi di jalanan di Thailand. /media network PRFM/pixabay.com / karolranis

 

MEDIA PAKUAN- Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di pusat kota Bangkok pada Rabu, 18 November 2020.
 
 Ini merupakan hari kedua protes, ketika anggota parlemen memberikan suara tentang kemungkinan reformasi konstitusi.
 
 
Bentrokan hebat sehari sebelumnya antara pengunjuk rasa dan polisi menyebabkan enam pengunjuk rasa ditembak dan 55 orang terluka. 
 
Thailand telah diguncang protes berbulan-bulan yang menuntut perubahan pada konstitusi, pencopotan Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha dan bahkan perubahan pada monarki.
 
Pada Selasa telah terjadi konfrontasi paling keras sejak gerakan yang dipimpin pemuda pada Juli.
 
 
Ketika itu polisi menggunakan gas air mata dan meriam diarahkan kepada pengunjuk rasa yang mencoba mencapai parlemen, pada saat itu terjadi pula pengunjuk rasa anti pemerintah bentrok dengan kaum royalis.
 
Polisi membantah bahwa mereka telah melepaskan tembakan dengan peluru tajam atau peluru karet, mereka mengatakan sedang menyelidiki siapa yang telah menggunakan senjata api.
 
Seorang pendukung royalis terluka karena ditembak di pinggul dan seorang pengunjuk rasa pro demokrasi kena di kaki, ujar polisi.
 
 
Gerakan protes, yang menyerukan reformasi konstitusional mendalam ke sistem yang menurut para demonstran telah mengakar kekuatan militer, telah muncul sebagai tantangan terbesar bagi pembentukan Thailand selama bertahun-tahun.
 
Para pengunjuk rasa berkumpul pada hari Rabu di persimpangan Ratchaprasong di pusat perbelanjaan dan komersial Bangkok, setelah para pemimpin mereka berjanji untuk meningkatkan gerakan.
 
Polisi menggunakan truk pengangkut sampah, benteng beton dan kawat berduri untuk membarikade markas nasional terdekat mereka.
 
 
sementara banyak pengunjuk rasa datang dilengkapi dengan pelindung kepa, kaca mata dan masker anti gas air mata.
 
Juru bicara kepolisian nasional Yingyos Thepjamnong memperingatkan pengunjuk rasa untuk tidak mengganggu markas, dengan mengkerahkan lebih dari 2.000 petuga.
 
Perdana Menteri Prayut telah mendesak pengunjuk rasa untuk menahan diri dari kekerasan, tetapi malah mengesampingkan pemberlakuan keputusan darurat lain.
 
 
Seperti yang melarang pertemuan publik lebih dari empat orang yang berlangsung seminggu di bulan Oktober. Tapi ada sedikit tanda bahwa para demonstran siap mundur.
 
"Saya dengan ini mengumumkan eskalasi protes. Kami tidak akan menyerah. Tidak akan ada kompromi," kata pemimpin mahasiswa Parit "Penguin" Chiwarak kepada kerumunan di gerbang parlemen Selasa sebelum pengunjuk rasa bubar.
 
"Orang-orang bekerja untuk kami di parlemen dan sisanya terserah kami: Terus berjuang."
 
 
Perdana Menteri Prayut mengambil alih kekuasaan pada 2014 dan tetap menjabat setelah pemilihan umum tahun lalu. Ia menampik tudingan oposisi bahwa pemilu tidak adil.
 
Anggota parlemen sedang membahas beberapa proposal untuk perubahan konstitusional, yang sebagian besar akan mengecualikan kemungkinan mengubah peran monarki.
 
Satu proposal berusaha untuk menggantikan Senat yang ditunjuk militer dengan perwakilan yang dipilih langsung.
 
 
Dukungan Senatlah yang memungkinkan Prayut memegang kekuasaan setelah pemilihan tahun lalu.
 
Parlemen diharapkan memberikan suara pada hari Rabu di mana amandemen akan diperdebatkan lebih lanjut. Pemungutan suara diperkirakan akan memakan waktu beberapa jam.
 
Ada juga diskusi tentang peran Senat majelis tinggi, yang membantu memastikan bahwa ia mempertahankan kekuasaan dengan mayoritas parlemen setelah pemungutan suara yang disengketakan tahun lalu.
 
 
Beberapa pengunjuk rasa berkelahi dengan puluhan royalis yang tetap tinggal setelah demonstrasi sebelumnya oleh ratusan warga sayap kanan Thailand yang meminta anggota parlemen untuk tidak membuat perubahan pada konstitusi.
 
"Mengubah konstitusi akan mengarah pada penghapusan monarki," kata pemimpin royalis Warong Dechgitvigrom kepada wartawan. Para pengunjuk rasa mengatakan mereka tidak ingin menghapus monarki. ***
 
Sumber CNA
 
 
 

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x