Genosida Terus Berlanjut, Gaza Berubah Jadi Kota Mati, PBB: Sudah tak Layak Ditempati, Warga Lebih Mengungsi

- 6 Januari 2024, 15:10 WIB
Warga Palestina memeriksa rumahnya yang terkena serangan udara Israel, di Kota Gaza, 6 Agustus 2022.
Warga Palestina memeriksa rumahnya yang terkena serangan udara Israel, di Kota Gaza, 6 Agustus 2022. /Reuters/Mohammed Salem/

 
MEDIA PAKUAN -Pembantaian yang dilakukan tentara Israel terhadap warga Gaza di Palestina kiji mengubah segala-galanya.
 
Selain seluruh kota luluhlantak akibat pemboman secara sporadis, kini Kota gaza berubah menjadi kota mati.
 
Hampir sebagian besar bangunan di Kota Gaza sama sekali tidak layak untuk ditempati warga. Bangunan ruah warga hancur rata dengan tanah akibat pemboman 
 
Bahkan sebagian besar warga lebih memilih mengungsi dari pada kembali ketempat tinggal yang lama.
 
Apalagi ancaman penembakan dan serangan udaha masih terus membayang-bayangi warga yag akan melakukan aktivitas di Kota Gaza.
 
 
Kepala kemanusiaan PBB, Martin Griffiths mengatakan Jalur Gaza sudah tak bisa lagi dihuni.
 
Genosida yang dilakukan Israel penjajah sejak 7 Oktober 2023 menjadi penyebabnya.

"Gaza menjadi tempat kematian dan keputusasaan karena serangan Israel selama berbulan-bulan di Jalur Gaza berlanjut," katanya, Jumat 5 Januari 2024.

Namun lebih menyedihkan nya lagi dunia seolah menutup mata dengan kejadian ini, kesengsaraan yang di alami masyarakat Gaza seolah jadi tontonan saja dan dunia diam menyaksikan.
 
Baca Juga: Aksi Heroik Polisi, Kapolri Acungkan Jempol Ganjal Bus Gagal Nanjak Pakai Motor: Lebih Sayang Nyawa Penumpan

"Gaza menjadi tidak bisa dihuni. Orang-orangnya menyaksikan ancaman sehari-hari terhadap keberadaan mereka, sementara dunia menyaksikan," ujar Martin Griffiths.

Serangan terus berlanjut, dalam satu jam terakhir, penembakan artileri Israel diperbarui di Dier el-Balah, di samping pemboman.
 
Bahkan konfrontasi sedang berlangsung antara pejuang Palestina dan tentara Israel di kamp-kamp pengungsi Nuseirat dan Maghazi

Pasukan Israel juga memulai serangan baru di kota-kota Tepi Barat yang diduduki.
 
Koresponden Al Jazeera melaporkan bahwa tentara Israel telah menyerbu kota Qalqilya. Sebuah serangan di kota Tulkarem di Tepi Barat juga telah dimulai.

Pengeboman dan invasi darat Israel ke Gaza, yang telah berlangsung selama 13 minggu, memaksa hampir seluruh warga Palestina bergerak menuju kota selatan Rafah di sepanjang perbatasan Mesir.
 
Baca Juga: Update Terbaru Jadwal Film di Bioskop Moviplex Sukabumi, Liburan Akhir Pekan Sabtu 6 Januari 2024

Populasi Rafah yang semula sekitar 280.000 jiwa kini melonjak menjadi lebih dari 1 juta jiwa dalam beberapa hari terakhir, menurut badan PBB untuk pengungsi Palestina.

Pasukan militer Israel terus menggempur wilayah Jalur Gaza habis-habisan yang meluluhlantakkan seluruh infrastruktur publik.

Pemerintah Israel juga menyerukan peringatan bagi lebih dari satu juta penduduk Gaza Utara untuk mengungsi ke Gaza Selatan dalam waktu 24 jam.

Terhitung sudah empat kali Israel bertarung dengan Hamas untuk memperebutkan Gaza sejak Tahun 2008.
 
Ambisi Israel untuk mendapatkan Gaza selalu dipatahkan oleh pasukan militer Palestina yang mengadang.

Sampai saat ini, strategi umum yang digunakan Israel untuk bisa menekan Palestina adalah melakukan blokade kebutuhan pokok.
 
 
Sehingga orang-orang menghadapi tingkat kerawanan pangan tertinggi yang pernah tercatat, dengan kelaparan 'di tikungan'.

Perang di Gaza, yang dipicu oleh serangan teror kelompok militan Hamas pada tanggal 7 Oktober di Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 240 orang lainnya disandera, telah menyebabkan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.***



 

 
 
 
 
 
 

Editor: Ahmad R

Sumber: PRMN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x