Takut Bantah AS, Israel Bermuka Dua Kutuk Pelanggaran China Terhadap Muslim Uyghur

- 24 Juni 2021, 09:20 WIB
Takut Bantah AS, Israel Bermuka Dua Mengutuk Pelanggaran China Terhadap Muslim Uyghur
Takut Bantah AS, Israel Bermuka Dua Mengutuk Pelanggaran China Terhadap Muslim Uyghur /Ilustrasi Pixabay/

MEDIA PAKUAN - Israel menandatangani pernyataan yang disampaikan kepada Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) kemarin, Rabu,23 Juni 2021

Israel mendesak China untuk mengizinkan pengamat independen mengakses wilayah Xinjiang barat, di mana para ahli PBB mengatakan hampir satu juta orang Uyghur dan minoritas lainnya telah ditahan secara tidak sah di kamp-kamp.

Keputusan itu, yang pertama kali dilakukan Israel, datang setelah tekanan dari pemerintahan Presiden AS Joe Biden, seperti yang dilaporkan Walla News. 

Baca Juga: Diincar PSG dan Real Madrid, Manchester United Jadikan Paul Pogba Sebagai Pemain Termahal

Bukan saja Israel beberapa negara pun ikut mendandatangani  Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Spanyol dan AS .

Mengutip laporan penyiksaan atau perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat, sterilisasi paksa, kekerasan berbasis seksual dan gender dan pemisahan paksa anak dari orang tuanya.

Beijing membantah semua tuduhan pelecehan terhadap Uyghur dan menggambarkan kamp-kamp itu sebagai fasilitas pelatihan kejuruan untuk memerangi ekstremisme agama.

Baca Juga: BMKG Beri Sinyal Waspada, Siang Hingga Malam Kota Sukabumi Diguyur Hujan

"Laporan yang dapat dipercaya menunjukkan bahwa lebih dari satu juta orang telah ditahan secara sewenang-wenang di Xinjiang dan bahwa ada pengawasan luas yang secara tidak proporsional menargetkan orang-orang Uyghur dan anggota minoritas lainnya dan pembatasan kebebasan mendasar dan budaya Uyghur," kata pernyataan bersama itu dari pejabat setempat.

"Kami mendesak China untuk mengizinkan akses segera dengan seluas-luasnya tanpa batas ke Xinjiang bagi pengamat independen, termasuk Komisaris Tinggi," tambahnya.

Walla News juga melaporkan, Menteri Luar Negeri Yair Lapid memutuskan untuk menyetujui permintaan dari Departemen Luar Negeri AS untuk mendukung tindakan tersebut, setelah perdebatan panjang di Kementerian Luar Negeri tentang kemungkinan dampak dari langkah tersebut.

Baca Juga: Meski Cetak Dua Gol, Cristiano Ronaldo Bawa Portugal Tersingkir dari Euro 2021

Namun, Israel, yang memandang China sebagai salah satu mitra dagang terpentingnya, tidak mengeluarkan pernyataan publik yang menjelaskan dukungannya atas seruan UNHCR, dalam upaya nyata untuk tidak menonjolkan diri dan menghindari kemarahan Beijing.

Sejak 2017, China telah melakukan pelanggaran besar-besaran dan sistematis terhadap Muslim yang tinggal di Xinjiang.

Dugaan erosi China terhadap agama, budaya dan hak asasi manusia untuk lebih dari satu juta etnis Muslim Uyghur di Xinjiang dalam dekade terakhir telah membuat marah negara-negara barat, mendorong sanksi terhadap pejabat dan perusahaan China.***

 

Editor: Popi Siti Sopiah

Sumber: Wall Street Journal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah