MEDIA PAKUAN - Ratusan pengunjuk rasa dari berbagai umur, latar belakang, ras dan etnis berkumpul di Liberty Plaza di Atlanta untuk melakukan unjuk rasa.
Kerumunan tersebut berkumpul di dekat Gedung Kongres Georgia untuk mengecam rasisme, xenofobia, kebencian terhadap wanita dan untuk menuntut keadilan bagi para korban penembakan baru-baru ini.
Robert Aaron Long, dituduh membunuh empat orang di dalam dua spa Atlanta dan empat lainnya di sebuah bisnis pijat sekitar 30 mil atau 50 kilometer dari pinggiran kota Cherokee County.
Korban yang dibunuh Long pada hari Selasa enam dari delapan yang tewas adalah wanita keturunan Asia.
Baca Juga: Piala Menpora Arema FC Kontra Tira Persikabo, Live di Indosiar dan Vidio Hari Ini 21 Maret 2021
Baca Juga: Seleksi CPNS 2021 Segera Dibuka, Ini Cara Buat Akun Pendaftaran di sscn.bkn.go.id
Sementara itu, pengungkap fakta mengatakan, dia mengaku melakukan pembunuhan tersebut tetapi mengatakan mereka tidak mengarah pada rasial. Melainkan mengaku memiliki kecanduan seks , yang menyebabkan dia mengecam apa yang dia lihat sebagai sumber godaan.
Untuk hal tersebut, polisi masih berusaha untuk menetapkan motof pembunuhan tersebut, apakah serangan itu bisa disebut sebagai kejahatan rasial.
Sementara itu, sebelumnya pada tahun lalu, Anggota parlemen Georgia telah undang-undang kejahatan rasial yang memungkinkan hukuman tambahan untuk pelanggaran tertentu jika dimotivasi oleh ras, warna kulit, agama, asal negara, jenis kelamin, orientasi seksual, atau kecacatan korban.
Kejahatan rasial bukanlah kejahatan mandiri di bawah hukum Georgia, melainkan bisa digunakan untuk menambah waktu hukuman bagi seseorang yang dihukum karena kejahatan lain.
Baca Juga: Ketua MPR Bambang Soesatyo: Presiden 3 Periode Skenario Halu Petualang Politik
"Tidak peduli bagaimana Anda ingin memutarnya, faktanya tetap sama. Ini adalah serangan terhadap komunitas Asia ," kata Nguyen, seorang advokat perempuan dan komunitas kulit berwarna.
Nguyen juga mengatakan, tersangka menargetkan bisnis yang dioperasikan oleh wanita keturunan Asia.
"Mari bergandengan tangan dengan komunitas sekutu kita dan menuntut keadilan tidak hanya bagi para korban ini tetapi untuk semua korban supremasi kulit putih," katanya.
Sementara itu, ratusan orang berkumpul di taman Atlanta dan berbaris memenuhi jalanan sekitar untuk bergabung dalam rapat umum yang lebih besar sambil meneriakan "Hentikan kebencian Asia."
Bernard Dong, seorang siswa berusia 24 tahun dari China di Georgia Tech, mengatakan bahwa dia datang untuk memprotes hak tidak hanya untuk orang Asia saja melainkan untuk semua minoritas.
Baca Juga: Pengunjuk Rasa Myanmar Lakukan Protes Fajar, Staff Medis Ikut Terjun ke Jalan
Baca Juga: Sukses Tahap 3 Pemerintah Kembali Terapkan PPKM Mikro di 15 Provinsi Ada yang Berbeda, Begini Aturannya
"Seringkali orang Asia terlalu pendiam, tapi waktu berubah," ujar Dong.
Dia juga mengatakan bahwa, dirinya marah dan muak tentang penembakan dan kekerasan yang berlanjut pada tahun 2021 terhadapa orang Asia, minoritas dan wanita.
Otis Wilson, seorang fotografer berusia 38 tahun berkulit hitam, mengatakan bahwa, orang-orang perlu memperhatikan diskriminasi yang dihadapi orang keturunan Asia.
"Kami melewati tahun lalu dengan komunitas Kulit Hitam, dan kami bukan satu-satunya yang mengalami ini," kata Wilson.
Baca Juga: HORE!Menko Perekonomian Airlangga Hartarto: Bioskop Sudah Bisa Dibuka Untuk Umum