MEDIA PAKUAN - Para pekerja kereta api Myanmar terpaksa harus meninggalkan rumah mereka yang disubsidi oleh pemerintah.
Hal tersebut dilakukan setelah pihak berwenang mengatakan, mereka harus pergi jika mereka terus mendukung gerakan protes kudeta militer.
Penduduk Mandalay membantu para pekerja kereta api Myanmar yang melakukan pemogokan dari perumahan mereka.
Penduduk kota terbesar ke dua Myanmar itu membantu membawa alat-alat dan perabotan lainnya ke truk, van, dan truk pick up.
Baca Juga: Mungkinkah Bersendawa dan Kentut Bisa Barengan Pada Waktu yang Sama? Bagaimana Menurut Para Ahli Kedokteran
Sebelumnya para pekerja kereta api melakuka pemogokan untuk mendukung gerakan anti kudeta dan melawan militer 1 februari di Myanmar.
Sementara itu, Rezim militer telah berusaha untuk memaksa mereka kembali bekerja melalui intimidasi dengan senjata api disetiap malamnya.
Selain itu, dalam mengahadapi pemogokan dan protes terus menerus terhadap kudeta pemimin terpilih Aung San Suu Kyi.
Pasukan keamanan menanggapi tindakan dengan semakin keras dan membatasi informasi yang sampai ke dunia luar.
Baca Juga: Pemkot Sukabumi Terima Penghargaan dari BKN, Ini Penilaiannya
Baca Juga: Pemkot Sukabumi Terima Penghargaan dari BKN, Ini Penilaiannya
Selain itu mereka juga melakukan, pembatasan akses internet, surat kabar swasta dilarang terbit, dan pengunjuk rasa, jurnalis dan politikus ditangkap dalam jumlah besar.
Meneurut penghitungan kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, yang dilaporkan oleh media berita Myanmar Now, Dua orang tewas ketika tentara melepaskan tembakan semalam di kota pertambangan ruby utara Mogok.
Sehingga jumlah korban yang terferivikasi sejak kudeta pemimpin terpilih Myanmar, Aung San Suu Kyi, mencapai 237 orang.
Meski pertumpahan darah telah terjadi di mana-mana, semu itu tidak meredakn kemarahan atas penggulingan sejak 1 Februari.***