Maka dari itu, jurnalis dan politisi pun kini menjadi incaran militer Myanmar sebagai senjata untuk terus menekan para pendemo, sejak 1 Februari 2021 lalu.
Militer Myanmar sudah melakukan cara apapun untuk melawan mereka, diantaranya dengan memutuskan jaringan internet, hingga membunuh para pendemo.
Media independen juga sudah dicabut izin penerbitannya, yaitu ada sebanyak lima media. Akan tetapi mereka tetap menyiarkannya dengan ilegal.
Hari demi hari, keadaan Myanmar kini kian memanas dan semakin para saja. Sudah ratusan orang tewas oleh kekejaman junta Militer Myanmar.
Selain itu, ribuan pengunjuk rasa anti kudeta sampai saat ini masih ditahan oleh junta militer Myanmar, termasuk jurnalis dan politisi hingga pejabat.***