Puluhan Orang Ditembak Mati, Ratusan Pendemo Myanmar Berikan Penghormatan

- 16 Maret 2021, 11:52 WIB
Seorang perempuan mengangkat tiga jari sebagai aksi protes terhadap kudeta di Myanmar, 8 Maret 2021
Seorang perempuan mengangkat tiga jari sebagai aksi protes terhadap kudeta di Myanmar, 8 Maret 2021 /REUTERS

MEDIA PAKUAN - Ratusan orang dari berbagai penjuru Myanmar berikan penghormatan terakhir dan bersiap mengadakan pemakaman, Selasa, 16 Maret 2021.

Puluhan keluarga korban dan pengunjuk rasa anti kudeta siap mengadakan pemakaman setelah menyalakan lilin pada malam hari yang melanggar jam malam Myanmar.

Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan, polisi Myanmar sedikitnya telah menembak mati 20 pengunjuk rasa anti kudeta pada Senin, 15 Maret 2021.

Pada kekerasan yang terjadi semalam, pekerja medis mengatakan, satu orang tewas dan sekitar enam lainnya mengalami luka setelah polisi Myanmar mencoba membubarkan unjuk rasa.

Baca Juga: Jessica Iskandar Rela Dimadu dengan Ajukan Syarat Ini untuk Para Pria, Begini Tanggapan Netizen

Baca Juga: Tinjau Pelaksanaan Vaksinasi Covid 19, Jokowi Terbang ke Bali: Dijadwalkan Hari Ini

Pekerja medis tersebut terpaksa meninggalkan mereka yang teluka karena diancam akan detembak oleh pasukan keamanan jika tidak meninggalkannya.

"Kami harus melarikan diri ... karena mereka (pasukan keamanan) mengancam jika kami tidak meninggalkan tubuh mereka, mereka akan menembak kami," katanya dalam sebuah telepon yang tidak mau disebutkan namanya.

Baca Juga: Telkomsel Dukung Program Pelajar Dapatkan Kuota Data Internet Tahap 2

Baca Juga: Pemerintah Wacanakan Jabatan Presiden Tiga Periode? Jokowi: Sikap Saya Tidak Berubah

Karena meningkatnya kekerasan pihak keamanan Myanmar terhadap pengunjuk rasa, membuat terkejut Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres.

Mengetahui hal itu terjadi, Guterres meminta komunitas internasional untuk membantu mengakhiri kekerasan tersebut.

Sementara itu, meskipun peningkatan kekerasan semakin meninggi, tetapi pendukung pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi tidak menunjukan sedikitpun kemunduran.

Hari Minggu merupakan hari peling berdarah sejak kudeta pada 1 Februari.***

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x