Kisah Syuraih Al Qadhi, Seorang Ayah yang Bijak Ketika Mengetahui Anaknya Tidak Shalat, Ini yang Dilakukannya

5 Desember 2022, 19:37 WIB
ilustrasi - kisah dari Syuraih Al Qadhi seorang ayah yang bijak ketika mengetahui anaknya tidak shalat /Pixabay / caravan.

MEDIA PAKUAN - Syuraih Al Qadhi, sejarah mencatatnya sebagai hakim yang bijak. Ia termasuk kalangan ulama yang dimuliakan dan diperhitungkan karena kecerdasan, akhlak, dan kedalaman wawasannya. Tak heran, ia dipercaya sebagai hakim selama 70 tahun sejak masa kekhalifahan Umar.

Suatu hari, hakim yang lahir di Yaman ini mencari anaknya yang berumur 10 tahun. Setelah lama mencari, akhirnya bertemu.

“Kemana saja kamu nak?” tanya Syuraih.

“Aku bermain bersama anjing” jawab anaknya. “Apakah kamu sudah shalat?” tanyanya lagi. “Belum” jawabnya.

Baca Juga: Kamu Harus Tahu, Inilah Doa yang Membuat Pintu Langit Dibuka, Yuk Amalkan!

Syuraih sedih sekali dan kecewa, karena ia mengira anaknya sedang belajar di Kuttab. Ia tahan emosinya lalu mengambil kertas dan menuliskan beberapa syair.

Setelah itu, ia menyuruh anaknya membawa surat kepada gurunya di Kuttab.

Sang guru membaca surat Syuraih yang berisi bait-bait syair berikut:

تَرَكَ الصَّلاةَ لأَكْلُبٍ يَسْعَى لَهَا # طَلَبَ الْهِرَاشِ مَعَ الْغُوَاةِ الرِّجْسِ

Ia tinggalkan shalat demi anjing-anjing. Mempermainkannya bersama teman yang buruk perangainya

Baca Juga: Jangan Salah, Inilah Waktu yang Paling Baik untuk Membaca Ayat Kursi, Dapatkan Keutamaan yang Luar Biasa

فليأتينك بكرةً بصحيفةٍ # كُتِبت له بصحيفة المتلمسِ

Besok ia datang padamu dengan sepucuk surat. Tertuliskan seperti isi surat kematiannya

فَإِذَا أَتَاكَ فَعِظَنَّهُ بِمَلامَة # وَعِظْهُ مَوْعِظَةَ الأَدِيبِ الأَكْيَسِ

Andaikan ia datang kepadamu. Obatilah dengan cerca atau nasihat sastrawan cerdas

وَإِذَا هَمَمْتَ بِضَرْبِهِ فَبِدَرَّةٍ # وَإِذَا ضَرَبْتَ بِهَا ثَلاثًا فَاحْبِسِ

Jika engkau ingin memukulnya pakailah cambuk (kelembutan). Jika telah sampai hitungan tiga hentikanlah

وَاعْلَمْ بِأَنَّكَ مَا أَتَيْتَ فَنَفْسُه # مَعَ مَا يُجَرِّعُنِي أَعَزُّ الأَنْفُسِ

Ketahuilah bahwa engkau tidak sanggup melakukannya. Dia dan apa yang kuminum adalah hartaku yang paling berharga

Baca Juga: Kisah Syekh Ahmad Rifai Mencium Tangan Rasulullah dan Disaksikan 12 Ribu Muridnya

Pelajaran dari Kisah:

1. Syuraih tidak bersikap keras dan kasar pada anaknya demi menjaga perasaannya. Ia lebih memilih metode unik dan interaktif, yaitu mengikutsertakan guru anak dalam proses mendidik untuk menyelesaikan masalah.

2. Kesibukan Syuraih sebagai hakim tidak menghalanginya untuk memutaba'ah sendiri masalah anaknya dan berusaha meluruskannya. Dengan tulisan membantu memori berfikir secara sistematis dalam mengatasi masalah.

3. Anak melakukan kesalahan, namun Syuraih mengingatkan gurunya bahwa anak adalah kemuliaan dan harta paling berharga. Ayah membenci perilaku negatif anak, tapi tidak membenci pribadinya, dengan terang ia menjelaskan perasaan mulia yang adil itu.

Baca Juga: Jangan Keliru, Ini Hukum Mengucapkan Salam Ketika Masuk Ke Rumah Kosong

4. Menggunakan tulisan sebagai media komunikasi antara rumah dan sekolah.

5. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.

6. Bersegera melakukan dialog dengan anak.

7. Syuraih bermusyawarah dengan guru, memberikan kebebasan padanya untuk bertindak, dan mengapresiasi solusi yang tepat.

8. Bersikap lembut dalam mencela dan menasehati dengan baik merupakan pilar sukses pendidikan.

9. Penjelasan tentang pentingnya menjaga shalat.

10. Menasehati anak dengan sembunyi-sembunyi.

Wallahu'alam, semoga bermanfaat.***

Editor: Popi Siti Sopiah

Tags

Terkini

Terpopuler