MEDIA PAKUAN-Misteri perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato atau lebih dikenal Hotel Oranye 1945, akhirnya terungkap. Dalam buku sejarah tertulis dua orang, ternyata insiden perobekan bendera sebelum meletus peristiwa Pertempuran Surabaya atau dikenal 10 November dilakukan lebih dari lima orang
Dan seorang diantaranya pernah tinggal di Kota Sukabumi. Yakni Almarhum, R M Agoes Djojokoesoemo.
Hal tersebut terungkap ketika disela-sela penutupan pameran Kemerdekaan Republik Indonesia di Pesantren Dzikir Al-Fath, Kota Sukabumi, perwakilan dari Almarhum RM Agoes Djojokoesoemo mencerita peristiwa bersejarah tersebut.
Aksi berani pengrobekan Bendera yang kini sudah berganti nama menjadi Hotel Majapahit Surabaya, terkuak tidak hanya dilakukan Hariyono dan Kusno Wibowo.
"Tapi ayah juga turut ambil bagian dan ikut merobek warna biru bendera Belanda dsri menara hotel Yamato," kata Putra dari R M Agoes Djojokoesoemo, RM . Thomas Suryo Yudo Prawoto Djojokoesoemo
Selain memperlihatkan sejumlah peninggalan dan dokumen, Thomas mengatakan sebelum ayahnya meninggal dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir di Jakarta pernah tinggal di Jalan Siliwangi no 75, Kelurahan Kebonjati, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi.
"Kami tinggal di Sukabumi setelah ayah dipindahkan tugaskan dari Kepolisian Komisariat Jawa Tengah 1959 lalu. Ayah bertugas di Kota Sukabumi menjabat sebagai Kepala Dinas Provost AKABRI Sukabumi," katanya.
Bukti yang memperkuat ayaknya keterlibatan dalam insiden tersebut, kata Thomas, berasal dari kesaksian teman seperjuangan Almarhum Agoes Djojokoesoemo.
"Saat perjuangannya di Surabaya pada saat insiden pengrobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, 1945 lalu. Dalam cerita sejarah itu pelakunya adalah dua orang. Tapi menurut cerita ayah dan rekan seperjuangan pelakunya bukan dua orang saja tapi sekitar 6 orang yang naik ke menara Hotel Yamato, salah satunya adalah ayah saya,"katanya.
Baca Juga: Gelar Pahlawan Nasional Belum Terwujud, Keluarga KH Ahmad Sanusi Minta Bantuan DPR RI Asal Sukabumi
Selain itu, kata Thomas sejumlah bukti lainnya yang memperkuat keterlibatan ayaknua. Termasuk sejumlah dokumen pribadi serta keterangan yang tertulis dsri sebuah media mingguan. Tertulis dalam judul "Lima atau Enam Orang Naik Kemenara dan Merobek Bendera Belanda".
"Dari tulisan berita itulah, ternyata asan pelaku sejarah lainnya dalam insiden pengrobekan bendera Belanda itu. Yakni salah satunya, ayah saya yakni Agoes Djojokoesoemo,"katanya
Thomas mengungkapkan, insiden pengrobekan bendera Belanda dipicu dari gagalnya perundingan Jendral Sudirman dan sekelompok orang Belanda dibawah pimpinan Mr W.V.Ch. Ploegman, 19 September 1945 lalu. Perundingan yang diakhiri orang Belanda kembali mengibarkan bendera Belanda.
"Insiden tersebut terjadi karena pada saat Indonesia sudah merdeka, Belanda masih mengibarkan bendera di Hotel Oranye yang akhirnya massa tersinggung dan emosi sehingga terjadilah insiden itu,"katanya
Thomas menuturkan, kini semua dokumen dan bukti-bukti lainya yang memperkuat Perjuangan Agoes Djojokoesoemo dititipkan di museum pesantren Dzikir AlFath, Kota Sukabumi. Langkah ini dilakukan agar menjadi bahan edukasi masyarakat.
Khususnya para pelajar yang datang ke musium untuk memperbolehkan informasi. Terutama terkait mengenai sejarah perjuangan kemerdekaan
"Kami metitipkan semua barang-barang peninggalan ayah disini sebagai bahan edukasi. Sedangkan ayah saat ini sudah dimakamkan di tanah Kusir, Jakarta dekat makamnya Bung Hatta,"katanya. ***