Namun langkah mitigasi dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan, salah satunya dengan pemodelan seperti shake map skenario dan peta bahaya tsunami.
Riw mengatakan, estimasi skala maksimum di daerah Sukabumi sesar darat Cimandiri segmen Nyalindung-Cibeber dan segmen Rajamandala dengan skala III-VII MMI. Oleh karena itu, dia memberikan rekomendasi untuk mitigasi jangka pendek, menengah hingga jangka panjang.
Untuk mitigasi jangka pendek dalam kurun waktu satu tahun, dia menekankan agar unsur pentahelix yaitu pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat untuk penyiapan peta, rambu dan jalur evakuasi, penguatan kapasitas BPBD untuk siaga bencana, koordinasi antar lembaga dan penyusunan rencana kedaruratan, SOP pelatihan hingga gladi evakuasi.
"Sedang jangka menengah agar dilakukan penyempurnaan tata ruang dengan peta multi bahaya, pengecekan tata bangunan strategis dan vital yang tahan terhadap gempa dengan magnitudo maximum sesuai skenario gempa darat dan subduksi," ujar Riw.
"Dan terakhir adalah jangka panjang yaitu monitoring dan evaluasi mitigasi multi bahaya penyempurnaan tata ruang dan kebijakan daerah terhadap mitigasi multi bahaya," jelasnya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi, Zulkarnain Barhami mengatakan penguatan unsur pentahelix menjadi hal penting sebagai langkah dasar penanggulangan dari ancaman bencana.
"Hal ini dilakukan agar kota Sukabumi siap menghadapi setiap ancaman bencana prioritas terutama gempabumi akibat pergerakan sesar Cimandiri," ungkap Zulkarnain.
"Karenanya satu upaya penanggulangan bencana berbasis masyarakat adalah Penguatan pentahelik, tugas kita adalah meningkatkan peran masyarakat dalam mengurangi risiko bencana yang ada mulai dari fase Prabencana, Saat dan Pasca bencana, karenanya program Pentahelik harus didorong," jelasnya di Sukabumi.***