Lubang kedua disebut Batara Sungki berada di depan yang menggambarkan kekuatan pemimpin dan yang ketiga namanya dinamakan lobang panjanang yang di belakang atau menggambarkan kekuatan rakyat.
Selain itu dalam kesenian Ngagotong Lisung ini biasanya dibawa oleh Ki Lengser dengan menggunakan tali pengikat sambil membawa sebuah tongkat yang menggambarkan Halu atau dalam Bahasa Sunda disebut Lulumpang.
Fungsi dari tali pengikat ini merupakan simbol peraturan berbangsa dan bernegara kalau di Indonesia berarti undang-undang.
Kemudian halu adalah akronim dari haluan dan Lulumpang artinya leuleumpang/ngaleumpangkeun atau berjalan/menjalankan.
Untuk menjalankannya, lisung ini dibawa oleh empat orang yang mengisi empat sudut. Ini menggambarkan empat pilar kebangsaan yaitu NKRI, Undang-Undang Dasar, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Baca Juga: Zikri Daulay Masih Menduda, Netizen Malah Kesal pada Henny Yuliana Rahman
Sehingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara itu harus ada tiga kekuatan yang harus bersatu dan selaras yaitu kekuatan Sanghiyang Agung Kekuatan dari Allah SWT, kekuatan Batara Sungki kekuatan pemimpin yang adil dan kekuatan Panjanang kekuatan rakyat yang sejahtera.
Maka Lisung atau negara akan aman, damai, tentram dan sejahtera. Apabila tiga kekuatan itu menyatu dan dikendalikan oleh tali peraturan yaitu undang-undang selanjutnya untuk menjalankannya harus ada haluan atau tujuan yang akan dicapai dengan ditopang empat pilar kebangsaan.
Kesenian Ngagotong Lisung telah terdaftar di Kemenkumham RI untuk Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) atas nama KH Muhammad Fajar Laksana sebagai pencipta kesenian ini.