Setidaknya 255 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak - anak dan 39 wanita, dan lebih dari 1.900 lainnya terluka dalam 11 hari serangan udara Israel.
Baca Juga: Perkiraan Cuaca Jawa Barat Hari Ini Minggu 6 Juni 2021: Hujan Petir dan Angin Kencang akan Terjadi
So Google's search engines associates the traditional Palestinian keffiyeh as a "symbol of terrorism", yet @LouisVuitton has no shame to culturally appropriate it omg. Guess it's a "cool accessory" if rich white people wear it, eh? pic.twitter.com/N3UlSX6RyA— Anita Zsurzsan ???????? (@iamjourjean) June 2, 2021
Selain itu, netizen menuduh perancang keffiyeh melakukan perampasan budaya untuk pentingan komersial
"Genosida Palestina bukanlah sesuatu yang bisa Anda manfaatkan," tweet satu orang kepada Louis Vuitton. Yang lain berkata: "Hapus ini dari situs Anda segera, itu menjijikkan."
Dalam keterangan situs web tersebut, Vuitton menjelaskan syal itu terinspirasi dari keffiyeh yang dipekaya dengan signature perusahaan.
Perusaan juga menyebutkan syal itu terbuat dari wol,katun dan sutra , bisa membawa suasana santai.Keffiyeh menjadi semakin populer di dunia, biasanya digunakan untuk menujukan dukungan terhadap pejuang Palestina.
Baca Juga: Sukabumi Diguncang Gempa Dua Kali, BMKG Beberkan Penjelasannya
Kritikan juga disampaikan karena Vuitton mengubah warna asli keffiyeh dari hitam-putih menjadi biru-putih. Biru diasosiasikan sebagai warna bendera Israel. Seorang penulis dan pengacara Khalid Beydoun juga menyebutkan merek lain, Fendi, yang mengeksplotasi keffiyeh.
Bahkan keffiyeh Fendi dijual lebih mahal yakni 890 dolar AS atau sekitar Rp12,5 juta. Perusahaan tekstil Hirbawi, satu-satunya produsen keffiyeh di Palestina, menyebut syal sebagai bendera Palestina tidak resmi.