Apakah anda Tahu Asal Usul Kasepuhan Jampangkulon? Simak Ceritanya

21 Juli 2023, 20:10 WIB
ilustrasi buku cerita. Asal usul jampangkulon /Unsplash.com/Aaron Burden
 
 
 
MEDIA PAKUAN - Ternyata asal usul Jampangkulon di Sukabumi banyak cerita yang menarik. Bahkan perlu disimak secara seksama.
 
Dikisahkan  yang tertulis dalam kitab kuno yang bernama Kitab Hideung yang diterjemahkan oleh sejarawan berasal dari Sukabumi yang bernama Anis Djatisunda.
 
Diceritakan ada 5 embah atau sesepuh pajampangan. 
 
Berasal dari nama Adipati Jagabaya yang berkuasa di Kabupaten Galuh Imbanagara sekitar tahun 1731 –1751 M.
 
Baca Juga: Minuman Digemari Banyak Orang, Ini Resep Es Cendol Nangka Manis: Mudah Bisa Bikin Sendiri di Rumah
 
Berawal antara perseteruan dengan Kolonial Belanda dan Kesultanan Mataram sehingga merasa terdesak sehingga Adipati Jagabaya melarikan diri bersama ke lima anaknya sampai ke daerah Jampang Kulon dan sekitarnya.
 
Kisah tersebut tertulis dalam kitab Kuno yang bernama Kitab Hideung yang diterjemahkan oleh sejarawan berasal dari sukabumi yang bernama Anis Djatisunda.
 
Lalu siapa saja 5 sesepuh  yang dikenal sebagai karuhun orang Jampang dan sekitarnya ?
 
Baca Juga: Menu Sehari-hari Dirumah, Ini Resep Tongseng Jamur Pentol: Disantap Bersama Keluarga
 
Adapun ke lima embah itu adalah :
 
1. Embah Emas atau Raden Mas Surawijangga.
 
Sesepuh terkenal dengan julukan Dalem Sawidak. Embah Emas diangkat menjadi Wedana di Panjalu Imbanagara.
 
Pada masa pemberontakan Pangeran Diponegoro (1825 – 1830), Galuh dan Panjalu diberi perintah oleh Mataram yang saat
itu dalam kekuasaan Belanda, agar mempersiapkan pasukan untuk mencegah pasukan Diponegoro di tepi sungai Citanduy.
 
Karena membela Pangeran Diponegoro, Embah emas menentang perintah tersebut.
 
Embah Emas lalu bermusyawarah dengan empat adiknya dan hasilnya mereka sepakat untuk minggat (pergi secara diam-diam), tetapi bukan kabur karena takut.
 
Baca Juga: Ibu Kandung yang Tega Buang Bayi di Atap Kos Kosan Kebonpedes Sukabumi Ternyata Seorang Mahasiswi
 
Rombongan yang minggat jumlahnya kurang lebih 40 keluarga. Ditambah empat
saudaranya, tiga saudara laki-laki, satu saudara perempuan.
 
Berangkat melalui jalur laut dipantai selatan Pulau Jawa, berlabuh di Cilauteureun.
Selanjutnya berjalan kaki menyusuri sungai Cikaso ke arah hulu, hingga sampai di sebuah
penyeberangan (Sunda Peupeuntasan).
 
Disitulah Embah Emas melakukan babat alas (membuka wilayah) menghabiskan sisa hidupnya.
 
2. Embah Karangbolong atau Raden Mas Martanagara
 
Ia menetap di kampung Karadenan (sekarang bernama Cibitung), setelah meninggal kemudian dimakamkan di Karangbolong (hutan lindung Jati/leuweung tutupan jati). 
Sehingga sampai kini ia dikenal
dengan nama Embah Karangbolong.
 
Baca Juga: Akhirnya Ibu Pelaku Pembuang Bayi di Atap WC di Sukabumi Terungkap, Tommy: Bayi Meninggal Dunia Diduga Infeksi
 
Alkisah, Raden Mas Martanagara terkepung dua kekuatan pasukan Mataram pimpinan Ki Mas Santanu dan pasukan kompeni pimpinan Brojonoto.
 
Awalnya Embah Karangbolong bertarung
dengan Ki Mas Santanu. Kedua belah pihak saling menyerang dan saling bertahan.
 
Segala kemampuan dan peralatan yang ada dikerahkan, sehingga pertempuran pun semakin seru dan menegangkan.
 
Korban mulai berjatuhan baik dari pihak Mataram maupun dari pihak Raden Mas
Martanagara.
 
Dalam keadaan pertarungan sedang sengit, datang pula rombongan utusan Kompeni yang dipimpin Brojonoto.
 
Baca Juga: 6 Siswa SMK Petentengan Bawa Sajam di Jalan Lingkar Selatan Sukabumi, Pas Diperiksa Polisi, Ada Tramadol Juga
 
Mereka langsung melarutkan diri dalam pertarungan tersebut. Sehingga kekuatan menjadi tidak seimbang.
 
Pasukan Mataram merasa ada bantuan dan kekuatan dengan kedatangan rombongan Brojonoto.
 
Melihat kedatangan Brojonoto bersama pasukannyanyang langsung menyerang, membuat Embah Karangbolong menjadi kaget.
 
Singkat cerita, Embah Karangbolong membuat siasat untuk mundur secara teratur dan membawa lari pasukannya ke arah selatan.
 
Untuk menghindari musuhnya agar tidak mendekati indu pasukan yang berada diperkampungan baru yaitu di Karadenan- Cibitung.
 
Baca Juga: Penanggulangan TBC di Indonesia, Jokowi Gelar Ratas Kabinet Indonesia Maju: Keluarkan 3 Arahan, Simak Apa Saja
 
Embah Karangbolong mencoba memancing musuh agar mengejarnya dan sampailah ke suatubtempat yang disebut Cilame. Di tempat inilah kedua belah pihak bertarung habis-habisan.
 
Akibatnya, Brojonoto merasa kelelahan sehingga mengalami kekalahan. Seluruh tubuhnya bersimbah darah karena terkena pedang Embah Karangbolong.
 
Melihat kematian Brojonoto, Ki Mas Santanu memilih untuk mundur dan melepaskan Embah Karangbolong.
 
3. Embah Cigangsa alias Eyang Santri Dalem, nama aslinya adalah Raden Surianatamanggala.
 
Baca Juga: Dibayang-bayangi Tak Pasti Harry Kane Hengkang, Tottenham Hotspur Incar Ivan Toney: Didekati PSG
 
Dalam pelariannya bersama sang kakak, Raden Surianatamanggala memilih menetap di Cigangsa (Surade) hingga akhir hayatnya.
 
Ada sebuah kisah tentang Embah Cigangsa, dikatakan bahwa ia seorang sepuh/tetua yang tinggi ilmunya, cerdik cendekia, dan saciduh metuh saucap nyata (seucap nyata).
 
Tersebutlah Embah Cigangsa mempunyai adik perempuan bernama Nyi Mas Suradewi. Embah Cigangsa sangat menyayangi adiknya itu.
 
Singkat cerita, saat Nyi Mas Suradewi meninggal saat melakukanbperjalanan, Embah Cigangsa memberi nama wilayah kekuasaan adiknya dengan nama Surade untuk mengenang adiknya itu, itulah asal mula nama Surade.
 
Baca Juga: Update Jadwal Waktu Sholat untuk Wilayah Jakarta Hari ini 21 Juli 2023
 
4. Embah Bungsu saudara ketiga dari Embah Emas yang ikut pelarian ke tanah Jampang dannsekitarnya bernama Raden Bratadikusumah alias Embah Bungsu.
 
Embah Bungsu walaupun menjadi adik paling kecil, namun dikenal memiliki ilmu agama yang
tinggi dan karenanya sangat dihormati oleh kakaknya yaitu Embah Emas dan Embah Cigangsa.
 
Menurut sumber Ikin Ardisoma, Embah Bungsu membuka kampung dan menetap di hulu sungai Cicurug Pamerangan (sekarang kampung Purwasedar 2, Jampang Kulon), disekitar mata air Cicurug, mata airnya sampai saat ini masih terus memancarkan air walaupun sedang kemarau.
 
Bisa jadi itusalah satu karomah ketinggian ilmu seorang Embah Bungsu.
 
Baca Juga: INFO LOKER: Lowongan Kerja PT Chiefindo Intan Perkasa Juli 2023, Hanya Buka 1 Formasi Kosong
 
5. Embah Beureum
 
Embah Beureum tak ada hubungan persaudaraan dengan keempat embah sebelumnya.
 
Namun demikian kisahnya saling berkaitan erat, Brojonoto yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah adalah seorang pemimpin pasukan yang diperintahkan Kompeni (Belanda) untuk mengejar Embah Emas dan adik-adiknya.
 
Dalam pengejaran itu, Brojonoto melakukan duelnndengan Embah Karangbolong dan kalah sampai meregang nyawa.
 
Baca Juga: Viral Di TikTok, Berikut Lirik Lagu 'Rayuan Perempuan Gila' yang Dinyanyikan Oleh Nadin Amizah
 
Brojonoto lalu dimakamkan didekat batu tumpang pinggiran pantai. Kini banyak orang menyebutnya kuburan Embah Beureum
(makamnya tidak jauh dari pinggir pantai Karangbolong Kecamatan Cibitung).
 

Editor: Ahmad R

Sumber: Disadur Harry Nugraha

Tags

Terkini

Terpopuler