Banyak yang Terpapar Radikalisme di Medsos, Ini Penjelasan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas

- 22 Maret 2021, 10:30 WIB
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. /Foto: Situs Kementerian Agama/

MEDIA PAKUAN - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan bahwa banyak orang Indonesia yang telah terpapar paham-paham radikalisme.

Ia menyebut tidak sedikit juga pihak yang telah terpapar paham radikal atau radikalisme melalui jaringan media sosial maupun situs online.

Hal ini disebabkan karena banyaknya informasi-informasi keagamaan yang tidak sesuai ajaran tersebar secara online melalui dunia maya yang tidak terfilter.

"Memang banyak orang-orang yang terpapar radikalisme ini dari media sosial," ujarnya seperti dikutip dari PMJNews pada Senin, 22 Maret 2021.

Baca Juga: Ada Diskon Hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Hari Ini Duel Catur Dewa Kipas dan GM Irene Kharisma, Politisi Demokrat Andi Arief: Irena Diatas Angin

Orang yang akrab disapa Gus Yaqut ini mengaku mendapat pengakuan dari mereka yang terpapar paham teroris saat bertemu dengan narapidana terorisme (napiter).

Para napiter tersebut mengaku bahwa mereka menjadi rasikal setelah melakukan interaksi dengan sesama yang juga terpapar paham radikal melalui medsos.

"Saya dapat laporan dan bertemu bahkan dengan mantan napiter, mereka menjadi radikal itu karena berinteraksi dengan orang yang sama-sama terpapar radikal melalui media sosial," ucapnya.

Menurut Gus Yaqut, yang mengakibatkan orang terpapar radikalisme tersebut tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat yang selalu berselancar di media sosial.

Baca Juga: Awas Jangan Panik! Jika BLT UMKM 2021 Cair Namun KTP dan NIK tidak Terdaftar eform.bri.co.id Cek ini Penyebab

Baca Juga: Lowongan Kerja BUMN di LKPP Maret 2021, Dibutuhkan Staff Pendukung Pengelola Sertifikasi

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Alvara, menunjukan anak muda di Indonesia menghabiskan waktu sekitar 7 jam sehari untuk mengakses internet.

"Nah tentu ini berakibat bahwa prilaku mereka di media sosial ini bagaimana informasi keagamaan tidak terfilter dengan baik," terangnya.

Ia juga menyampaikan bahwa kebijakan yang berkaitan dengan agama untuk meminimalisasi perilaku radikal dan intoleran telah diarahkan kepada transformasi digital.

"Kebijakan perilaku sudah seharusnya diarahkan pada transformasi digital, ini tidak ada pilihan lain, Kementerian Agama lebih melakukan transformasi digital untuk syiar-syiar begini," pungkasnya.***

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x