Ngeyel dengan Ulah Zionis, 1.100 Serangan Hizbullah Bikin Warga Israel Kocar-kacir Terusir

- 18 Maret 2024, 09:20 WIB
Ngeyel dengan Ulah Zionis, 1.100 Serangan Hizbullah Bikin Warga Israel Kocar-kacir
Ngeyel dengan Ulah Zionis, 1.100 Serangan Hizbullah Bikin Warga Israel Kocar-kacir /LinkedIn @Holky M. Syaugi

MEDIA PAKUAN - Kelompok militan asal Lebanon, Hizbullah, kembali melakukan serangan langsung ke wilayah Israel.

Serangan tersebut dilakukan sebagai respons terhadap serangan Israel di Lebanon Selatan dan untuk mendukung rakyat Palestina yang terus dibombardir, terutama sejak perang meletus antara israel dan Hamas sejak 7 Oktober lalu.

Pasukan Hizbullah dari Lebanon telah meluncurkan sekira 1.100 serangan ke posisi Zionis.

Akibat serangan itu Israel dilaporkan mulai frustasi.

Baca Juga: WNI Diduga Melecehkan Wanita Libanon saat Tawaf di Ka'bah, Pihak Keluarga Beberkan Pembelaannya

Terlebih serangan Hizbullah itu menyebabkan hampir seperempat juta warga Israel mengungsi dari wilayah utara Pendudukan.

Melansir dari Al Mayadeen pada Minggu (17/3/2024), hal itu telah dikonfirmasi oleh pasukan Hizbullah dari Lebanon.

Hizbullah mengaku telah melakukan serangan harian terhadap entitas Israel sejak Oktober 2023 lalu.

Yakni dengan jumlah total operasi melebihi 1.100 serangan saat perang di Gaza mendekati angka 6 bulan.

Di sisi lain, media Israel juga melaporkan rasa frustrasi yang melanda pemukim dan pihak terkait Israel di Utara pendudukan.

Baca Juga: Libanon Umumkan Siaga Tinggi, Israel Langgar Batas Wilayah: Pasukan Penjaga Perdamaian PBB Dikerahkan

Terutama atas kurangnya solusi soal evakuasi massal pemukim dari wilayah utara Palestina yang diduduki akibat serangan Hizbullah yang terus berlangsung.

Media itu menyebutkan bahwa operasi Perlawanan dari Lebanon, yang dimulai Oktober lalu, telah menyebabkan hampir seperempat juta warga Israel mengungsi dari utara.

Terkait kondisi itu, Channel 12 Israel juga mengkritik situasi saat ini yang mencerminkan citra buruk di hadapan para pemukimnya.

“Bagaimana mungkin sebuah negara berdaulat mengevakuasi warganya selama lebih dari 5 bulan tanpa adanya solusi? Ini adalah situasi yang tidak dapat ditoleransi,” lapor outlet tersebut.***

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah