Rusia Tidak akan Pasok Gas ke Eropa Secara Gratis dan Harus Membayar dengan Mata Uang Rubel

- 29 Maret 2022, 12:09 WIB
Rusia tetapkan tidak akan pasok gas ke Eropa secara gratis, dan harus membayar dengan mata uang Rubel
Rusia tetapkan tidak akan pasok gas ke Eropa secara gratis, dan harus membayar dengan mata uang Rubel /Instagram/@leadervladimirputin/

MEDIA PAKUAN - Rusia menetapkan bahwa pihaknya tidak akan memasok gas ke Eropa secara gratis, disaat Rusia sedang menyusun metode untuk menerima pembayaran untuk ekspor gasnya dalam rubel, yang ditolak negara-negara G7.

Di dalam pertemuan para pemimpin Uni Eropa yang dilakukan pada Jumat, 25 Maret, tidak ada negara yang menyetujui permintaan Rusia pada pekan lalu.

Disebutkan bahwa negara-negara yang "tidak bersahabat" harus diberi hukuman dengan membayar dalam ubel, bukan euro.

Baca Juga: Kejadian Aneh Sebelum Bulan Ramadhan 2022 di Masjidil Haram, Usai Shalat Isya Terjadi Hal yang Tidak Terduga

Sementara untuk AS dan sekutunya di Eropa akan membangun kerja sama dalam memberi sanksi-sanksi kepada Rusia atas invasi militernya ke Ukraina.

Hal tersebut, membuat kekhawatiran atas keamanan pasokan meningkt dari biasanya, dengan perusahaan-perusahaan dan negara-negara Uni Eropa dalam memahami konsekuensinya.

Serta membuat Bank Sentral Rusia, Pemerintahnya dan Gazprom yang biasanya menyumbang 40 persen dari impor gas Eropa, harus menyatakannya dalam presentasi proposal mereka dalam membaytar gas rubel kepada Vladimir Putin.

Baca Juga: Wamendag Dukung Crypto Karya Anak Bangsa Supaya Go Internasional

Kremlin Dmitry Peskov dalam panggilan konfrensi membeberkan bahwa pihak Rusia untuk ke depannya tidak akan memasok gas secara gratis lagi.

"Dalam situasi kami, ini hampir tidak mungkin dan tepat untuk terlibat dalam amal(dengan pelanggan Eropa)" lanjut Kremlin.

Kremlin saat tengah diwawancara ditanya apakah gas akan dimatikan untuk yang tidak membayar, dirinya hanya menjawab "Tidak ada pemnayaran, tidak ada gas".

Baca Juga: Jadi Penengah Konflik Rusia dan Ukraina, Roman Abramovich Diduga Diracuni

Namun, pihak Rusia masih belum mengambil keputusan akhir mengenai tanggapannya jika negara-negara Eropa tidak akan membayar dengan mata uang Rusia.

Lebih lanjut Kremlin mengatakan bahwa "semua menteri G7 telah sepakat bahwa ini adalah pelanggaran sepihak dan jeas dari kontrak yang ada".

Penolakan terjadi dari para kelompok G7, lantaran kelompok G7 tidak mau membayarnya dengan menggunakan mata uang Rusia.

Baca Juga: Hadapi Sanksi, Vladimir Putin Bebaskan Pajak untuk Warga Rusia

Pada sidang tersebut  G7 menyimpulkan "bahwa kontrak yang dibuat adalah sah dan perusahaan harus dan harus menghormatinya....pembayaran dalam rubel tidak dapat diterima, dan kami meminta perusahaan terkait untuk tidak memenuhi permintaan Putin".

Hal tersebut membuat harga gas grosir Belanda dan Inggris menjadi naik hingga 20 persen menurut sebuah laporan pada Senin, 28 Maret di tengah kekhawatiran pasokan gas Rusia.

Kedepannya, Uni Eropa mengatakan akan mengurangi ketergantungannya kepada gas Rusia, dan mengakhiri impir bahan bakar fosil Rusia pada tahun 2027.

Baca Juga: Hizbullah Kirim Pasukan Tempur ke Ukraina, 800 Pejuang Siap Meluncur

Diketahui Rusia mengekspor gasnya ke Uni Eropa tercatat sekitar 155 miliar meter kubik (bcm) pada tahun lalu.

Namun pada Jumat, 25 Maret kemaren, Amerika Serikat akan melakukan kerja sama untuk memasok 15 bcm gas alam cari (LNG) ke Uni Eropa pada tahun ini.

Baca Juga: Sebulan Invasi, Segini Kerugian Ukraina Akibat Serangan Rusia Menurut Pemerintah

Menurut laporan dari anggota parlemen Rusia, Ivan Abramov, berhentinya pasokan gas tersebut disebabkan pada penolakan dari G7 dalam membayar gas Rusia dengan mata uang Rubel.

Habeck yang berasal dari Jerman menyebut Rusia sebagai "pemasok energi yang tidak dapat diandalkan".

Dalam pengamilan skanario yang terburuknya untuk Rusia terbukti ketika Ivan ditanya, apa yang terjadi jika Rusia menghentikan pengiriman gasnya tersebut, dia menjawab dengan "Kami siap untuk semua skenario".*** 

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: Antaranews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x