Aksi Unik Pengunjuk Rasa Myanmar Menentang Tindakan Militer dengan Mengecat Yangon dengan Warna Merah

- 6 April 2021, 15:14 WIB
para protes Myanmar menentang militer dengan mengecat yangon dengan warna merah
para protes Myanmar menentang militer dengan mengecat yangon dengan warna merah /Reuter/tangkap video reuters



MEDIA PAKUAN -  Para pengunjuk rasa Myanmar menyemprotkan cat merah di jalan jalan sebagai aksi kemarahan terhadap pasukan keamanan yang telah menewaskan ratusan orang.

Aksi yang dilakukan oleh para protes Myanmar dimulai pagi pagi dengan menyemprot dan memercik trotoar, jalan dan halte bus dengan cat merah.

Hal tersebut sebagai protes atas tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan yang telah menyebabkan kemarahan internasional selama berminggu-minggu.

Selain itu cat merah yang disemprotkan tersebut merupakan gambaran kemarahan para protes terhadap militer Myanmar.

Baca Juga: Para Pemimpin ASEAN Akan Bahas Masalah Myanmar, Brunei: Menteri Persiapkan Untuk Pertemuan di Jakarta

Baca Juga: Pemakaman Abuya Uci Turtusi di Penuhi Para Jamaah dan Santri di Berbagai Daerah

"Darahnya belum kering," kata salah satu pesan dengan warna merah.

Seorang protes juga menyampaikan mengenai penyemprotan cat merah berwarna merah di tempat halte bus menandakan kemarahan para protes terhadap para militer yang telah membunuh demi memiliki penghasilan.

“Jangan membunuh orang hanya untuk gaji kecil serendah harga makanan anjing,” kata pengunjuk rasa yang dikutip Media Pakuan dari Reuters Selasa 6 April 2021.

Sebelumnya kelompok advokasi Asosiasi Tahanan Politik ( AAPP) mengatakan sekitar 570 orang telah terbunuh selama hampir dua bulan kerusuhan sejak kudeta militer pada 1 Februari.

Baca Juga: Penerima BLT UMKM 2021 Kembali Dibuka, Pelaku Usaha Mikro Sudah Bisa Daftar Ke Lembaga Pengusul

Baca Juga: Token Listrik Gratis April 2021 Diganti Dengan Diskon, Untuk Mendapatkannya Tidak Perlu Akses di www.pln.co.id

Dan pasukan keamanan telah menangkap hampir 3.500 orang, dengan sekitar empat perlima dari mereka masih ditahan.

Kemarahan melanda Myanmar dalam dua bulan terakhir karena kembalinya pemerintahan militer dan berakhirnya era singkat reformasi demokrasi dan ekonomi serta integrasi internasional yang tidak ada di bawah kekuasaan militer yang menindas pada tahun 1962-2011.

Beberapa pengunjuk rasa menyebut gerakan mereka sebagai "revolusi musim semi", yang ditandai dengan pawai jalanan, tindakan unik pemberontakan tanpa kekerasan, dan kampanye pembangkangan sipil yang bertujuan melumpuhkan aparat pemerintah.*** 

Editor: Iing Nuryasin

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x