MEDIA PAKUAN - Para demonstaran anti kudeta Myanmar mengadakan 'Aksi Mogok Bunga,' pasukan keamanan terus lakukan penembakan dan putuskan jaringan internet.
Diberbagai wilayah Myanmar, para pengunjuk rasa anti kudeta mengadakan "aksi mogok bunga,".
Dimana mereka meninggalkan karangan bunga, sambil membawa beberapa slogan menentang kudeta. Seperti di lokasi halte bus, tempat para aktivis yang dibunuh oleh pasukan keamanan.
Para pengunjuk rasa mengangkat mawar ke udara sambil memberi hormat tiga jari, sebagai simbol perlawanan kepada pemerintah junta Myanmar.
Baca Juga: CEK FAKTA, Viral Kebakaran Kilang Minyak Balongan Indramayu Serangan Teroris
Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Khawatirkan Myanmar akan Memiliki Masa Depan yang Suram
Sementara itu, tiga organisasi media setempat mengatakan, terjadi penembakan di wilayah Sagaing tengah dekat Mandalay.
Dimana pasukan keamanan Myanmar meletuskan tembakannya kepada orang-orang.
Empat orang ditembak terluka dan dua orang lainnya mengalami kritis.
Baca Juga: Simpang Gadog Ciawi Bogor Perketat Kendaran Arah Puncak, Wajib Bawa Surat Negatif Antigen
Baca Juga: Jadwal Piala Menpora, Hasil Klasemen Grup B Persija Jakarta Berhasil Lolos, Mampuhkan Persib Ke Perempat Final
Menurut saksi, polisi meletuskan tembakannya dari atas bukit.
Sementara itu, permusuhan antara angkatan bersenjata dan pemberontak etnis minoritas telah pecah di setidaknya dua wilayah.
Mengetahui junta akan membatasi penggunaan internet di Myanmar, yang akan membatasi akses Web hanya untuk layanan jalur tetap.
Kini kelompok anti kudeta berbagi frekuensi radio, sumber daya internet offline dan penyedia peringatan berita pesan teks untuk menjaga komunikasi tetap berjalan.
Sebelumnya, data seluler juga telah diblokir selama berminggu-minggu oleh pihak berwenang.
Mereka berusaha membungkam oposisi yang menuntut pemulihan pemerintahan sipil dan pembebasan-pembebasan para tokoh yang telah ditangkap oleh militer Myanmar, terutama Aung San Suu Kyi.
Sejak kudeta pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari, ratusan orang telah terbunuh saat melakukan protes. Akses media sosial dijadikan untuk mengatur perlawanan terhadap pemerintahan militer.***