MEDIA PAKUAN - Israel tengah melakukan pembicaraan dengan negara mediator terkait upaya genjatan senjata.
Bahkan keduanya melanjutkan pembicaraan mengenai penghentian sementara perang di Gaza yang bisa membuat para tawanan dibebaskan.
Dilansir dari Al Jazeera, Senin 26 Februari 2024, tujuan Israel Penjajah datang ke Qatar memang untuk melanjutkan pembahasan jeda perang yang telah dimulai pekan lalu di Paris.
Pertemuan perdana itu bahkan dihadiri oleh kepala agen mata-mata Israel Mossad, dan dinas keamanan dalam negeri Shin Bet, serta mediator dari Amerika Serikat, Qatar, juga Mesir.
Akan tetapi perundingan kali ini bukan upaya genjatan senjata melainkan jeda perang, penting diketahui, jeda perang ini tidak sama dengan gencatan senjata.
Alih-alih menghentikan serangan selamanya, Israel hanya berniat memberi jeda demi membebaskan para tawanan Hamas dari kalangan rakyat sipilnya.
Setelah pertemuan pertama itu, delegasi Israel kembali dari ibu kota Prancis, dan penasihat keamanan nasional Israel, Tzachi Hanegbi, mengatakan bahwa kemungkinan jeda kemanusiaan semakin dekat
Ia mengatakan akan ada jeda pertempuran hingga enam minggu lamanya, jika Hamas bersedia membebaskan seorang tawanan setiap hari dari Gaza.
“Sepertinya akan ada sekitar 40 sandera Israel yang dibebaskan, yang terdiri dari perempuan warga sipil, tentara perempuan, laki-laki lanjut usia (lansia) dengan kondisi medis serius, sebagai imbalan atas ratusan tahanan Palestina yang saat ini ditahan atau dipenjara di Israel," kata Marx.
Kesepakatan itu masih dalam tahap negosiasi, kata Sullivan, seraya menambahkan bahwa perlu ada diskusi tidak langsung antara Qatar dan Mesir dengan Hamas, kelompok Palestina yang menguasai Gaza.
"Yang terpenting adalah (sikap) Hamas, (pihak mereka) belum mengomentari hal ini,” katanya lagi.
Sebelum perundingan putaran terakhir, Hamas mengatakan pihaknya akan menerima penghentian total pertempuran dan diakhirinya pengepungan Gaza.
Namun tentu hal itu ditolak mentah oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Netanyahu terus menekankan niatnya meraih kemenangan total atas kelompok bersenjata tersebut.
Saat ini, hampir 30.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah dipastikan terbunuh dalam genosida Israel Penjajah. Laporan Kementerian Kesehatan di Gaza masih belum termasuk ribuan warga lainnya yang hilang dan mungkin masih berada di bawah reruntuhan.
Lebih dari 100 tawanan, termasuk warga Israel dan warga negara lainnya, dibebaskan sebagai bagian dari jeda satu minggu pertempuran pada bulan November 2023 lalu, yang juga menyebabkan ratusan warga Palestina dibebaskan dari penjara Israel.***