Bagaimana Hukumnya Wanita Menawarkan Diri Kepada Lelaki Untuk Dinikahi, Bolehkah?

- 11 Desember 2022, 13:56 WIB
Ilustrasi Menikah. Bagaimana hukum wanita menawarkan diri kepada pria untuk dinikahi?
Ilustrasi Menikah. Bagaimana hukum wanita menawarkan diri kepada pria untuk dinikahi? /Freepik

MEDIA PAKUAN - Pada umumnya yang menawarkan diri atau mengajak menikah adalah pihak laki-laki kepada pihak perempuan, yang kemudian diterima atau ditolak oleh pihak perempuan.

Lalu bagaimana hukumnya bila yang terjadi malah sebaliknya, yaitu pihak perempuan yang menawarkan diri kepada laki-laki untuk dinikahi, bolehkah?

Imam Al-Bukhari menuliskan satu bab di dalam kitab sahihnya dengan Bab Ardhu Al-Mar'ati Nafsaha 'Ala Rajulish Shalih (Bab Seorang Wanita Yang Menawarkan dirinya untuk dinikahi lelaki yang soleh). Lalu Imam Al-Bukhari menukil hadis dari Tsabit Al-Bunani, ia berkata:

Baca Juga: Jangan Keliru, Ini Hukum Mengucapkan Salam Ketika Masuk Ke Rumah Kosong


ﻛﻨﺖ ﻋﻨﺪ ﺃﻧﺲ ﻭﻋﻨﺪﻩ اﺑﻨﺔ ﻟﻪ، ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺲ: ﺟﺎءﺕ اﻣﺮﺃﺓ ﺇﻟﻰ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﺗﻌﺮﺽ ﻋﻠﻴﻪ ﻧﻔﺴﻬﺎ، ﻗﺎﻟﺖ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ! ﺃﻟﻚ ﺑﻲ ﺣﺎﺟﺔ؟ ﻓﻘﺎﻟﺖ ﺑﻨﺖ ﺃﻧﺲ: ﻣﺎ ﺃﻗﻞ ﺣﻴﺎءﻫﺎ، ﻭاﺳﻮﺃﺗﺎﻩ ﻭاﺳﻮﺃﺗﺎﻩ. ﻗﺎﻝ: ﻫﻲ ﺧﻴﺮ ﻣﻨﻚ، ﺭﻏﺒﺖ ﻓﻲ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻌﺮﺿﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﻧﻔﺴﻬﺎ.

Adalah aku di sisi Anas, sedang ia memiliki anak wanita. Anas berkata, "Ada seorang wanita datang kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم lalu menawarkan dirinya kepada baginda". Wanita itu berkata, 'Wahai Rasulullah, adakah kamu berhasrat padaku? lalu anak wanita Anas pun berkata, Alangkah sedikitnya rasa malunya, Anas berkata, "Dia lebih baik dari kamu, dia menginginkan Nabi صلى الله عليه وسلم dan menawarkan diri kepada baginda".

Baca Juga: Berikut Ini Hukum Mendengarkan Pembicaraan Orang Lain atau Nguping yang Harus Kamu Ketahui 

يجوز عرض المرأة نفسها على الرجل وتعريفه رغبتها فيه ، لصلاحه وفضله أو لعلمه وشرفه أو لخصلة من خصال الدين ، ولا غضاضة عليها في ذلك ، بل ذلك يدل على فضلها

Adalah dibenarkan bagi seorang wanita untuk menawarkan dirinya atau menceritakan perasaan cinta kepada seorang lelaki kerana dia mahukan kesolehannya, kelebihannya, pengetahuannya, kemuliaannya atau apa-apa yang berkaitan dengan agama. Itu bukan merendahkan martabat wanita tetapi sebaliknya menunjukkan kebajikannya (kerana ia mementingkan agama).
(Rujukan Al-Mausuu'ah al-Fiqhiyyah)

Halaman:

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x