MEDIA PAKUAN- Akhirnya, Gunawan (42) warga Kampung Cikuya, Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi sumringah.
Laki-laki yang berprofesi guru ngaji itu, tidak menyangka kedatangan Wakil Bupati Sukabumi Iyos Somantri
Iyos Somantri datang menemuinya untuk mengetahui dari dekat terkait pemberitaan mengenai keberadaan seorang ustadz bertempat tinggal di rumah tidak layak huni (Rutilahu).
Guru ngaji yang kerap disapa Ustdaz Guntur bertempat tinggal tidak hanya digubuk berdinding anyaman bambu bekas. Tapi berlantai tanah.
Dia sangat berharap Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sukabumi dapat membantu kesulitannya.
Gubuk yang berada ditengah-tengah perkampungan ditempat Gunawan sejak 3 bulan lalu. Gubuk dibangun berada diaeral tanah milik PLN.
Baca Juga: Israel Tidak Punya Hak Membela Diri, Vasily Nebenzia: Rusia Desak Gencatan Senjata
Dia menempati gubuk tanpa didampingi istri dan anaknya. Gubuk yang berukuran 2×1,5 m tersebut ditempati seorang diri. Sementara Istri dan anaknya dititipkan disalah seorang family di Yogyakarta.
Iyos Somantri tidak hanya berdialog, tapi melakukan diskusi dengan para aparat kecamatan dan desa setempat. “ kami telah meminta aparat kecamatan melakukan asesmen.”katanya.
Langkah penanganan, kata Iyos Somantri tidak hanya mengusulkan permohonan bantuan ke Badan Amal Zakat (BAZ) Kabupaten Sukabumi. Tapi akan melakukan gotong royong untuk memperbaiki dan membuat rumah Ustad Guntur.
“Bahkan kami mendapat informasi telah ada kunjungan dari relawan kurir sodakoh. Mereka akan memberikan bantuan,” katanya.
Baca Juga: Hadapi Serangan Darat Israel, Al-Asef Disiagakan Para Pejuang Palestina: Zionis Ketar-ketir
Sebelumnya, diberitakan mengenai nasib mengenaskan dialami Ustad Gunawan. Laki-laki yang berprofesi guru ngaji itu, harus beristirahat di rumah yang sama sekali tidak layak huni.
Dia harus tidur di gubuk diareal milik PLN. Gubuk hanya dibuat dengan anyaman kayu seadanya. Sementara lantainya hanya beralaskan tanah.
Selain harus menahan dingin saat malam hari, Gunawan yang kerap disapa warga setempat dengan sebutan Ustadz Guntur menghadapi resiko gubuknya disapu angin kencang.
Bahkan kala memasuki musim penghujan bapak beranak dua itu, harus beristirahat dengan guyuran air hujan. Karena atap gubuknya hanya genting seadanya.***