Licin! Lebih dari Satu Abad Polisi Inggris Tak bisa Ungkap Sosok Pembunuh Sadis Jack The Ripper

- 18 Agustus 2022, 08:33 WIB
The Enduring Mystery of Jack the Ripper
The Enduring Mystery of Jack the Ripper /Tangkapan layar /

MEDIA PAKUAN - Jack The Ripper tokoh sentaral yang paling menyeramkan pada tahun 1888 di kawasan London Inggris.

Jack The Ripper seorang pembunuh berantai terkenal yang sering meneror di jalanan London Inggris.

Lebih dari satu abad, identitas Jack The Ripper masih menjadi misteri dan identitasnya tidak terungkap.

Jack The Ripper kerap dilukiskan sebagai iblis yang bangkit dari neraka, lalu tiba-tiba menghilang.

Baca Juga: Miris! Viral Paskibra di Bekasi Malah Joget di Tengah Lapangan: Upacara Pengibaran Bendera HUT Kemerdekaan RI

Dalam aksi pembunuhannya, tercatat bahwa dia itu setidaknya telah membunuh lima orang perempuan dan memotong-motong tubuh mereka dengan cara yang ganjil.

Kelima pembunuhan itu memiliki ciri-ciri serupa. Di antaranya, peristiwa selalu berlangsung pada hari libur atau mendekati hari libur.

Penyergapan dilakukan pada malam hari, aksi pembunuhan dilakukan di tempat terbuka atau agak terbuka, sehingga orang lain bisa menemukan atau memergoki. Seluruh korban juga memiliki luka mematikan pada leher.

Berikut 3 fakta kehebohan dan kesadisan dari Jack The Ripper

Baca Juga: Atletico Madrid Tolak Tawaran Senilai 110 Juta Poundsterling dari Manchester United untuk Joao Felix

1. Kepolisian Inggris tidak mampu menangkapnya

Pada tahun 1888 di Inggris menjadi tahun yang sangat mencekam bagi penduduk Kota London lantaran Jack si Penjagal masih berkeliaran.

Kendati demikian, pihak kepolisian tidak bisa meringkusnya, namun aparat hanya mendapatkan petunjuk bahwa para korban Jack the Ripper itu rata-rata merupakan perempuan.

Korban mendapat julukan “Whitechapel Murders”. Identitas korban itu diketahui bernama Mary Ann Nichols, Annie Chapman, Elizabeth Stride, Catherine Eddowes, dan Mary Jane Kelly.

Baca Juga: Atletico Madrid Tolak Tawaran Senilai 110 Juta Poundsterling dari Manchester United untuk Joao Felix

2. Para korban merupakan perempuan

Dilansir dari britanica.com, hal yang membuat kasus ini unik adalah bahwa semua korban Jack the Ripper merupakan perempuan.

Mereka dibunuh dengan cara yang sangat sadis. Kepala mereka dipenggal, tubuh mereka dimutilasi dengan cara yang khas, dan organ-organ dalam tubuh mereka diacak-acak.

Sebelumnya, ada dugaan bahwa semua korbannya itu merupakan perempuan penghibur. Namun, seorang sejarawan sosial asal Inggris Hallie Rubenhold membantah dugaan itu.

Dalam pandangannya, dugaan tersebut merupakan gambaran Zaman Victoria yang merendahkan perempuan. Faktanya, hanya Kelly yang terverifikasi sebagai tunasusila.

Baca Juga: Gagal Dapatkan Frenkie De Jong, Kini Manchester United Targetkan Boyong Casemiro: Pemain Nasional Brasil

3. Ilmuwan turut andil dalam memecahkan kasus

Kasus pembunuhan Jack the Ripper itu menarik perhatian dunia kala itu. FBI bahkan memberikan catatan-catatan khusus untuk mengungkap kasus tersebut.

Para ilmuwan pun turun tangan untuk memecahkan identitas Jack the Ripper sebenarnya demi membantu pihak-pihak yang berwenang.

Dilansir juga dari Science.org para ilmuwan forensik mengklaim bahwa mereka telah berhasil mengungkap identitas dari Jack the Ripper.

Mereka telah melakukan serangkaian tes genetik dari DNA si pelaku yang tertinggal dari para korbannya. Hasil dari penelitian tersebut menunjuk kepada Aaron Kosminski.

Baca Juga: Nasib Muslim Rohingya Terkoyak Diantara 2 Menteri India, PM Modi Jadi Jagal Pengungsi Minoritas

Kosminski merupakan seorang pemuda berusia 23 tahun asal Polandia. Pada saat itu dia memang tinggal di London sebagai tukang cukur.

Polisi pun memang sempat menduganya sebagai aktor di balik nama Jack the Ripper. Akan tetapi, polisi tidak punya bukti yang cukup untuk menetapkannya sebagai pelaku sebenarnya.

Adapun tes genetik yang dilakukan para ilmuwan tetaplah menjadi perdebatan. Tes tersebut juga tidak mempunyai bukti yang kuat untuk mendakwa Aaron Kosminski sebagai Jack sang Pencabik.

Beberapa di antaranya karena masalah sampling dan masalah teknis dari penelitian itu kurang cukup dan lemah dari segi ilmu forensik. ***

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah