Syefri Luwis : Virus Covid 19, Pemerintah Harusnya Berkaca dari Sejarah Virus Spanyol

- 22 September 2020, 06:06 WIB
Ilustrasi corona. */Shutterstock
Ilustrasi corona. */Shutterstock /

Syefri menjelaskan, meski dianggap terlambat langkah pemerintah Hindia Belanda menerbitkan dua buku mengenai wabah flu perlu diapresiasi.

Dengan pendekatan lokal dan budaya, salah satunya dengan diterbitkannya buku dalam bahasa Jawa Honocoroko dan menggunakan tokoh-tokoh pewayangan, hal tersebut memudahkan informasi sampai ke masyarakat

Baca Juga: Banyak Anggota KPU yang Tertular COVID-19, Penundaan Pilkada Harus Dipertimbangkan

Dalam dialog yang dipandu Prita Laura tersebut juga hadir melalui media daring Ravando Lie, kandidat Doktor Sejarah University of Melbourne.

Ravando menerangkan teori awal mula merebaknya flu Spanyol yang bermula dari Kansas, Amerika Serikat hingga menyebar melalui mobilisasi tentara dan penduduk ke seluruh penjuru dunia termasuk ke wilayah nusantara. Ia pun menyebut angka korban flu Spanyol di nusantara hingga 1,5 - 4,37 juta jiwa hanya di Pulau Jawa dan Sumatera saja.

Menurut Ravando strategi dengan melakukan penelitian ilmiah mengenai flu Spanyol yang dilakukan oleh Influenza Komisi bentukan pemerintah Hindia Belanda menjadi salah satu terobosan penting.

Baca Juga: Diprediksi Kurang Beruntung, Sebaiknya Pemilik Zodiak Ini Terus Lakukan Perbaikan

Dimana mereka menyebarkan kuesioner ke berbagai dokter yang tersebar di Hindia-Belanda untuk mengetahui dan mempelajari penanganan flu Spanyol dari berbagai daerah.

Dari sinilah awal pemerintah kolonial merumuskan berbagai kebijakan penanggulangan pandemi yang kemudian berujung pada dibentuknya Influenza Odonasi pada tahun 1920.

Influenza Odonasi merupakan kebijakan pemerintah kolonial yang dinilai paling signifikan, dengan mengatur hukuman terhadap yang melanggar, peraturan turun-naik penumpang dan juga angkut barang misalnya di pelabuhan.

Halaman:

Editor: Ahmad R


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x