Akhiri Konflik Palestina- Israel, Uni Eropa Desak Dua Negara: Apa Dimaksud Dua Negara? Simak Penjelasannya

- 23 Januari 2024, 10:56 WIB
Pasukan Israel menghancurkan rumah dua pria bersenjata Hamas yang melakukan serangan penembakan mematikan di halte bus di pintu masuk Yerusalem.
Pasukan Israel menghancurkan rumah dua pria bersenjata Hamas yang melakukan serangan penembakan mematikan di halte bus di pintu masuk Yerusalem. /Reuters/Ammar Awad/

 

 
MEDIA PAKUAN - Perang Israel dan Palestina adalah perang paling kejam sepanjang sejarah.
 
Meskipun konflik baru berlangsung 4 bulan, tapi ribuan warga tewas semakin bertambah.
 
Apalagi tanda-tanda pembunuhan yang dilakukan negara zionis Israel masih belum mereda. Bahkan upaya mengakhiri konflik kedua negara tersebut belum menemukan titik damai yang sebenarnya.

Salah satu solusi perdamaian yang kerap digaungkan oleh komunitas internasional adalah Two State Solution atau Solusi Dua Negara.
 
Baca Juga: Korban Genosida Bertambah, Uni Eropa Desak Israel Terapkan Solusi Dua Negara: Netanyahu Menolak!

Apa itu Solusi Dua Negara? Singkatnya, itu adalah solusi di mana Israel dan Palestina saling mengakui kemerdekaan masing-masing dan hidup berdampingan sebagai dua negara yang independen.

Namun, hingga kini solusi tersebut belum terwujud sempurna, Israel dan Palestina kembali berseteru memperebutkan tanah Palestina.

Bahkan ketika dunia mendorong Israel menyetujui solusi dua negara setelah perang Gaza demi perdamaian abadi di Timur Tengah, Dalam pernyataan Sabtu lalu Netanyahu kembali mengulang penolakannya pada pendirian negara Palestina.

Netanyahu mengatakan ia dengan tegas menentang “tekanan internasional dan internal” untuk mengubah posisi ini dan akan terus melakukannya.
 
“Desakan saya adalah hal yang selama bertahun-tahun menghalangi pembentukan negara Palestina yang akan menimbulkan bahaya nyata bagi Israel,” katanya. 
 
Baca Juga: Sekda Kota Sukabumi Ultimatun, Jelang Pencoblosan Pemilu Serentak ASN Wajib Netral: Simak Pernyataannya!

Solusi Dua Negara pertama kali dicetuskan oleh Komisi Peel yang dibentuk Inggris sebagai pemegang mandat kekuasaan di Palestina.

Usulan Solusi Dua Negara sempat diabaikan oleh kedua negara, namun sering digunakan sebagai landasan penyelesaian konflik ini. Pada Tahun 1947, dalam sidang PBB kembali dibahas usulan ini yang langsung mendapat penolakan keras dari Arab yang menentang pembentukan Israel.

Sebelumnya, terjadi perang Israel-Arab Tahun 1948 untuk memperebutkan wilayah sengketa yang berakhir dengan Perjanjian Gencatan Senjata dan kemenangan berada di pihak Israel.

Pemisahan diusulkan kembali pada Rencana Pembagian PBB 1947 untuk Palestina.
 
Rencana ini mengusulkan untuk dibagi menjadi tiga wilayah, dengan Yerusalem di bawah kuasa internasional. Rencana pemisahan tersebut diterima oleh para pemimpin Yahudi.
 
 
Namun, ditolak oleh pemimpin negara-negara Arab dan Palestina, yang menentang setiap pemisahan Palestina dan adanya negara Yahudi di daerah tersebut.

Palestina sebenarnya telah mendukung Solusi Dua Negara sejak pertengahan Tahun 1970-an. Negara lain pun juga ikut mendukung gagasan solusi ini sejak Tahun 1982 pada KTT Arab di Fez.

Disisi lain, Solusi Dua Negara juga dapat mengembalikan seluruh wilayah Palestina, termasuk yang saat ini sedang diduduki oleh Israel, kepada rakyat Palestina

Konflik antara Palestina-Israel mulanya berawal dari perebutan tanah Palestina antara Yahudi dan arab.
 
Pada saat masa kekuasaan Utsmaniyah, Inggris akhirnya mengambil alih wilayah Palestina.
 
 
Pengambilan wilayah ini diperkuat oleh mandat dari Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Sejak saat itulah, ratusan ribu kaum Yahudi berpindah ke wilayah tersebut.

Pemimpin Yahudi sangat menyambut baik hasil keputusan PBB yang menyatakan bahwa wilayah Palestina akan dibagi menjadi dua, yaitu warga Arab Palestina dan Yahudi. Keputusan ini jelas bertentangan dengan warga Arab Yahudi, sehingga munculah konflik yang hingga saat ini terjadi.

Perbatasan antarnegara masih dipersengketakan dengan pemimpin Palestina dan negara Arab menginginkan "perbatasan pada tahun 1967", yang tidak disepakati oleh Israel.
 
Wilayah bekas Mandat atas Palestina tidak akan menjadi bagian dari Negara Palestina, dan akan menjadi bagian dari wilayah Israel.

Kemudian muncullah Solusi lain yaitu solusi satu negara yang berupa negara federal atau kesatuan, dan Rencana Allon, yang juga dikenal sebagai "solusi tanpa negara."

Selanjutnya Solusi tiga negara yang diusulkan sebagai alternatif lain. The New York Times memberitakan bahwa Mesir dan Yordania berniat untuk mengambil alih Gaza dan Tepi Barat. Dampaknya, Gaza akan dikuasai Mesir, dan Tepi Barat dikuasai Yordania.
 
Baca Juga: Layanan SIM Keliling DKI Jakarta, Hari Ini, Selasa 23 Januari 2024: Berikut Titik Lokasi Di Polda Metro Jaya

Ada pula usulan kewarganegaraan ganda, Sejumlah usulan mengenai pemberian kewarganegaraan Palestina atau izin tinggal untuk warga Yahudi dengan timbal balik Israel menyingkirkan instalasi militer dari Tepi Barat telah diajukan oleh berbagai tokoh seperti Yasir Arafat

Gagasan tersebut diungkapkan oleh pendukung dari solusi dua negara dan pendukung dari konservatif atau fundamentalis di Israel.***


 


 
 
 
 
 
 

Editor: Ahmad R

Sumber: PRMN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x