Diera Medsos, Israel Tak Mampu Berkelit Sembunyikan Tindakan Kejam di Palestina: Benarkah?

- 2 Desember 2023, 18:02 WIB
Seorang kakek membopong jasad cucunya yang menjadi korban kebiadaban genosida penjajah 'Israel'.
Seorang kakek membopong jasad cucunya yang menjadi korban kebiadaban genosida penjajah 'Israel'. /Hani Abu Rezeq
 
 
 
MEDIA PAKUAN-  Kekuatan media sosial kini semakin canggih, informasi dan konflik dunia mudah tersebar lewat media sosial didominasi  oleh Instagram, video TikTok, dan video pendek YouTube.
 
Termasuk perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza lebih dari sekadar disiarkan di televisi.

Siapapun yang memiliki akses internet telah melihat banyak sekali video yang menunjukkan bayi-bayi yang terkoyak oleh bom.
 
Bahkan para wanita yang tertimpa berton-ton beton, dan para ibu yang menggendong mayat anak-anak mereka.
 
Baca Juga: Polisi dan TNI Turun Tangan, Segel Pintu Pagar Kantor Desa Cihamerang Sukabumi di Buka, Maruly: Dicoba Mediasi

Publik bisa menyaksikan langsung peristiwa pembantaian kejam yang terjadi di palestina dan Israel, suasana mencekam akibat hujan bom, tembakan bisa di rasakan oleh publik lewat media sosial.

Namun, sampai saat ini para penyiar berita sudah menjadi target pembantaian tentara Israel.
 
Selama perang terakhir ini saja, Israel membunuh sedikitnya 53 jurnalis dan pekerja media.
 
Dan Israel juga tidak mengizinkan jurnalis asing memasuki Gaza dan melaporkan apa yang mereka lihat dengan bebas.

Namun, terlepas dari semua upaya ini, berkat media sosial, Israel tidak lagi mampu menyembunyikan kebenaran tentang tindakannya di Palestina.
 


Pada tanggal 29 November, kampanye #WeWontBeSilenced diluncurkan di seluruh platform media sosial, mendorong postingan grafis ini , atau gambar dengan satu tangan menutupi mulut, dan pesan relevan yang ditulis di sisi lain atau poster.

Bukan hanya Israel yang mengetahui bahwa mereka kalah dalam perang PR – penyandang dana dan pendukung terbesar Israel juga mengetahui hal tersebut.
 
Pengumuman pekan lalu mengenai gencatan senjata sementara, yang akan segera berakhir, telah mengungkapkan bahwa AS sama khawatirnya dengan perubahan opini publik mengenai konflik tersebut seperti halnya Israel.

Pada bulan Maret tahun ini, beberapa bulan sebelum dimulainya kekerasan terbaru, Gallup menerbitkan data yang, untuk pertama kalinya, mengungkapkan bahwa.
 
 
“simpati Partai Demokrat di Timur Tengah kini lebih tertuju pada rakyat Palestina dibandingkan dengan Israel. 49 persen berbanding 38 persen.”

Di era media sosial, Israel tidak lagi mampu menyembunyikan kebenaran mengenai tindakannya di Palestina.***


 

 
 
 
 
 
 

Editor: Ahmad R

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x