Genjatan senjata sementara tidak berpengaruh, Warga Palestina menyerukan gencatan senjata permanen

- 28 November 2023, 10:07 WIB
Genjatan senjata sementara tidak berpengaruh, Warga Palestina menyerukan gencatan senjata permanen namun hanya akan diperpanjang dua hari
Genjatan senjata sementara tidak berpengaruh, Warga Palestina menyerukan gencatan senjata permanen namun hanya akan diperpanjang dua hari /Reuters/Alexander Ermochenko/

MEDIA PAKUAN - Melalui Rapat kabinet pada 21 November 2023, akhirnya Israel penjajah menyetujui untuk melakukan genjatan senjata selama empat hari, mulai dilakukan pada Jumat dengan pembebasan tawanan sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.

Dalam kesepakatan gencatan senjata ini, Hamas setuju untuk melepas 50 dari 239 sandera yang ditahan di Gaza. Sedangkan, Israel juga akan membebaskan 150 tahanan perempuan dan anak-anak dari penjara Israel.

namun, pada Senin malam ketika gencatan senjata empat hari akan segera berakhir, Qatar, yang memainkan peran penting dalam memediasi perundingan yang memungkinkan jeda pertempuran, mengumumkan bahwa penghentian perang telah diperpanjang dua hari lagi.

Baca Juga: Ucapan Terima Kasih Seorang Ibu Yang Dibebaskan Pejuang Palestina: Putri Kecilnya Merasa Seperti Ratu di Gaza

Warga Palestina menyerukan gencatan senjata permanen, menekankan bahwa prioritas mereka adalah kembali ke rumah mereka. bahkan jika mereka hancur akibat pemboman besar-besaran selama satu setengah bulan terakhir.

"Ya, pemboman telah berhenti, tapi kami memerlukan gencatan senjata yang akan mengembalikan kami ke rumah kami,"kata salah satu warga yang mengungsi.

Kalau tidak, tidak ada gunanya. Saya lebih baik kembali ke rumah dan mati di sana daripada tinggal di tenda, hidup dalam rasa malu dan terpaksa bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Baca Juga: Dua Hari Gencatan Senjata, Benjamin Netanyahu Inspeksi Tentara Israel di Gaza: Klaim Pertempuran Berlanjut!

Kami tidak menginginkan perang. Kami hanya ingin tinggal di rumah kami dengan harga diri yang utuh,” kata Badr,
yang berusia 20 tahun.

Genjatan senjata sementara ini telah membawa ketenangan bagi keluarga-keluarga di seluruh Gaza, jeda singkat ini juga berfungsi untuk menggarisbawahi penderitaan dan penghinaan terhadap 2,3 juta penduduk di wilayah kantong tersebut, yang telah diserang sejak 7 Oktober.

Warga mengakui "sangat lega"karena tidak mendengar suara drone, pesawat tempur, atau tembakan artileri, dan menyatakan bahwa cucu-cucunya lebih santai, namun dia tidak tahan untuk menjauh dari rumahnya, yang hancur.

Baca Juga: Viral di X Motaz Azaiza Didesak Menentang Hamas, Lakukan Propaganda Khianati Palestina

Hal ini telah menenangkan langit di Jalur Gaza dari gencarnya suara drone dan pesawat tempur Israel. Namun hal ini tidak berbuat banyak untuk meringankan trauma kolektif masyarakat Gaza.

Namun, Bagi Noor Saadeh, ibu dua anak berusia 23 tahun yang mengungsi dari rumahnya di Kota Gaza sebulan lalu, gencatan senjata tidaklah cukup.

"Apa gunanya gencatan senjata jika kita tidak bisa kembali ke rumah kita?" dia bertanya. "Anak saya terus mengatakan kepada saya bahwa dia merindukan teman-temannya di taman kanak-kanak. Kami ingin kehidupan lama kami kembali.”

Menurut kantor pemerintah media Gaza, setidaknya 6.800 orang hilang dan diperkirakan tewas di bawah reruntuhan. Jumlah ini belum termasuk 14.854 warga Palestina yang terbunuh sejak 7 Oktober, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.***

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah