MEDIA PAKUAN - Kekhawatiran Uni Eropa semakin memuncak saat kudeta oleh militer Niger yang pro-Rusia terjadi.
Masa depan Eropa juga terancam terutama setelah sabotase oleh AS terhadap pipa NordStream dan jika terjadi perang pecah di Afrika Barat.
Seperti yang diketahui bahwa saat ini Uni Eropa mengandalkan satu-satunya pipa gas Trans-Sahara yang melintasi beberapa negara Afrika Barat seperti Aljazair, Niger, Nigeria.
Konflik antara negara ECOWAS yaitu Nigeria, Senegal, dan Pantai Gading yang di kendalikan Perancis dan AS, yang telah menyatakan bahwa mereka akan membantu operasi militer melawan Niger yang didukung Aljazair, Burkina Faso, Mali, dan Guinea dan tentu saja Rusia.
"We are going to fight, but Africa needs to be able to unite. The more united we are, the more effective we will be." - Ibrahim Traore pic.twitter.com/p4aHzM6V8D— Jackson Hinkle ???????? (@jacksonhinklle) August 5, 2023
Kondisi diambang perang inilah yang menambah kekhawatiran Eropa akan ancaman terhentinya pasokan gas dari Nigeria,dan dihentikannya ekspor gas dari pemasok gas terbesar Afrika yaitu Aljazair.
Baca Juga: Lapis Baja Swedia Dilumpuhkan, Militer Rusia Remehkan Kemampuan CV90, Mirip Tank !
Karena alasan inilah negara Eropa yang di motori Perancis tidak akan menyerahkan Niger tanpa perlawanan.
Pada tanggal 28 Juli 2022, setelah negosiasi yang alot selama berbulan-bulan, Aljazair , Niger, dan Nigeria menandatangani nota kesepahaman peresmian proyek Pipa Gas Trans-Sahara (TSGP) sepanjang 4.000 km, yang memungkinkan gas Nigeria disalurkan ke Eropa.
Pembangunan pipa dirancang untuk menyalurkan gas dari Nigeria ke Delta Niger menuju In Salah, di selatan Aljazair.