MEDIA PAKUAN - Para pemimpin Afrika, tokoh oposisi dan tokoh berpengaruh di Afrika meningkatkan dukungan mereka untuk Rusia.
Dukungan negara Afrika untuk Rusia terbukti saat anggota Majelis Umum PBB memberikan suara untuk mengutuk invasi ke Ukraina 2 Maret 2022.
Dari 35 negara yang abstain, hampir setengahnya atau sebanyak 16 suara berada di Afrika. Eritrea adalah satu-satunya yang menentang resolusi tersebut.
Baca Juga: Larissa Chou Ungkap Kegiatan di Rumah saat Ditinggal Para Staf Mudik, Lelah sampai Menangis?
Sementara delapan negara Afrika lainnya tidak memberikan suara mereka.
Simpati untuk Rusia di Afrika berakar pada tahun 1950-an dan 60-an, saat itu Kremlin mendukung gerakan anti imperialis, anti kolonial dan membantu perang melawan apartheid.
Dukungan tersebut karena Rusia telah aktif memberikan bantuan militer dan ekonomi ke negara-negara Afrika dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Kelakuan Jamaah Umroh yang Berakibat Fatal di Depan Ka'bah, Ini Balasan yang Didapat di Arab Saudi
Selain itu, banyak negara memiliki hubungan yang kuat dengan Rusia sebagai penerus Uni Soviet, yang aktif membantu negara-negara Afrika untuk melawan imperialisme negara-negara Eropa.
Dalam sebuah laporan April laluin Institut Hubungan Internasional Prancis (IFRI), mengatakan Rusia mengambil pendekatan dua arah dalam upayanya untuk mempengaruhi opini.
Baca Juga: Elon Musk Diundang Susi Pudjiastuti ke Pangandaran, Susi Senggol Soal Undangan Tahun 2017
Baca Juga: Bisa Membedakan, Jenis Kelamin Bayi Dalam Kandungan: Kenali Ciri-cirinya Sekarang!
"Narasi anti-Muslim, anti-migran dan xenophobia ditujukan untuk audiens Eropa, sementara seruan untuk dekolonisasi dan akhir dari imperialisme Barat menargetkan Afrika sub-Sahara dan dunia Muslim," katanya.***
"Narasi anti-Muslim, anti-migran dan xenophobia ditujukan untuk audiens Eropa, sementara seruan untuk dekolonisasi dan akhir dari imperialisme Barat menargetkan Afrika sub-Sahara dan dunia Muslim," katanya.***